Oleh : Achdiat Sunendar
Jakarta –Nama Adeng H. Sudarsa mungkin tidak asing bagi mereka yang mengikuti perkembangan dunia jurnalisme dan aktivisme ekonomi di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Sebagai mantan wartawan BBC yang beralih menjadi aktivis ekonomi, Adeng dikenal luas karena kontribusinya yang signifikan dalam berbagai bidang. Jejak langkahnya diikuti oleh generasi muda, termasuk sosok seperti Ali Syarief, yang menjadikan Adeng sebagai panutan dalam karir dan kiprahnya di berbagai lini.
**Adeng H. Sudarsa: Dari Jurnalis BBC ke Aktivis Ekonomi**
Adeng memulai karirnya sebagai wartawan di BBC, sebuah lembaga penyiaran internasional ternama. Di sana, ia mendapat pengalaman luas dalam melaporkan berbagai isu global dengan sudut pandang yang kritis dan tajam. Sebagai jurnalis, Adeng terkenal karena kemampuan analitisnya yang mendalam serta gaya penyampaian yang lugas dan informatif. Pengalamannya di BBC memberinya wawasan global yang memperkaya perspektifnya mengenai isu-isu sosial, politik, dan ekonomi.
Setelah meninggalkan dunia jurnalisme internasional, Adeng beralih menjadi aktivis di Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Barat. Di sini, ia memperjuangkan kepentingan pengusaha lokal, mendorong kebijakan ekonomi yang lebih adil, dan mengadvokasi berbagai isu yang menyangkut dunia usaha. Keterlibatannya di KADIN Jawa Barat menjadi bukti dari komitmennya untuk mendorong kemajuan ekonomi daerah dan memperkuat peran pengusaha lokal dalam pembangunan ekonomi nasional.
Kiprah yang Menginspirasi Ali Syarief
Jejak langkah Adeng H. Sudarsa tidak berhenti di situ. Sosoknya yang kritis dan progresif menjadi inspirasi bagi banyak aktivis muda, termasuk Ali Syarief. Ali Syarief, seorang jurnalis dan pengamat politik yang juga terjun ke dalam dunia aktivisme ekonomi, sering menyebut Adeng sebagai mentor dan tokoh yang membentuk cara pandangnya terhadap isu-isu publik.
Ali Syarief, yang saat ini dikenal karena tulisan-tulisannya yang tajam dan pandangan-pandangannya yang kritis terhadap kebijakan pemerintah, banyak belajar dari pengalaman Adeng dalam memadukan jurnalisme dengan aktivisme. Seperti halnya Adeng, Ali percaya bahwa media harus berfungsi sebagai pengawas kekuasaan (watchdog) dan alat untuk mendorong perubahan sosial. Ali sering mengungkapkan kekagumannya terhadap cara Adeng menggabungkan pemikiran strategis dengan tindakan konkret di lapangan.
Dari Media ke Arena Ekonomi
Bagi Ali, pelajaran terpenting yang dia ambil dari Adeng adalah bagaimana memanfaatkan media sebagai alat untuk mempengaruhi kebijakan publik. Adeng telah membuktikan bahwa jurnalisme bukan hanya soal melaporkan berita, tetapi juga bisa menjadi sarana untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat dan membentuk opini publik.
Ali Syarief, terinspirasi oleh langkah-langkah Adeng, juga mulai terlibat lebih jauh dalam kegiatan ekonomi dan politik lokal. Ia mengamati bahwa kombinasi antara keterampilan jurnalistik dan pemahaman ekonomi dapat menciptakan pengaruh yang lebih besar dalam advokasi kebijakan. Sebagaimana yang dilakukan Adeng, Ali terus mengkritisi kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat dan mendorong dialog yang lebih terbuka antara pemerintah dan masyarakat.
Melanjutkan Warisan Pemikiran Kritis
Adeng H. Sudarsa dan Ali Syarief berbagi visi yang sama tentang pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan publik. Keduanya menggunakan platform mereka untuk mendorong perubahan dan menuntut tanggung jawab dari pemimpin yang berkuasa. Dengan warisan pemikiran kritis Adeng, Ali berusaha melanjutkan peran penting jurnalisme dalam demokrasi, memastikan bahwa suara rakyat tetap didengar di tengah arus kepentingan politik dan ekonomi yang kompleks.
Kesimpulan
Kisah Adeng H. Sudarsa yang diikuti oleh Ali Syarief menunjukkan bagaimana jurnalisme dapat menjadi alat yang kuat untuk perubahan sosial dan ekonomi. Dari seorang wartawan BBC yang terkemuka hingga aktivis di KADIN Jawa Barat, Adeng meninggalkan jejak yang kuat bagi generasi berikutnya, seperti Ali, yang terus memperjuangkan kebebasan pers dan kebijakan ekonomi yang lebih inklusif. Dengan menggabungkan integritas jurnalistik dan keberanian aktivisme, Adeng dan Ali adalah contoh nyata bagaimana satu suara dapat memicu perubahan besar.