Di antara aktivisme Muhammad Ali yang kurang dikenal adalah dukungannya yang tegas terhadap perjuangan Palestina. Pada tahun 1974—tiga tahun setelah hukuman menghindari wajib militernya dibatalkan—Ali mengunjungi Beirut dalam rangka tur di Timur Tengah, di mana ia menyatakan bahwa “Amerika Serikat adalah benteng Zionisme dan imperialisme.”
Rincian perjalanan Ali dicatat dalam sebuah artikel untuk Jewish Telegraphic Agency berjudul “Ali Belts Zionism.”
Artikel tersebut mencatat:
Muhammad Ali, yang mengatakan bahwa ia akan pensiun dari ring tinju untuk menyebarkan agama Islam, tidak membuang waktu untuk menyerang Zionisme. Ia mengatakan dalam sebuah konferensi pers di Beirut, pada awal tur di Timur Tengah, bahwa “Amerika Serikat adalah benteng Zionisme dan imperialisme.”
Pada kunjungannya kemudian ke dua kamp pengungsi Palestina di Lebanon selatan, mantan juara tinju kelas berat itu dikutip oleh sebuah agensi berita gerilya yang mengatakan: “Atas nama saya dan nama semua Muslim di Amerika, saya menyatakan dukungan untuk perjuangan Palestina untuk membebaskan tanah air mereka dan mengusir penjajah Zionis.”
Selama pendudukan Israel di Lebanon Selatan pada tahun 1985, Muhammad Ali melakukan perjalanan ke Israel dalam upaya untuk menegosiasikan pembebasan sekitar 700 tahanan Muslim Syiah yang telah dipindahkan ke kamp penahanan Atlit di Israel. Ali mengatakan kepada pers bahwa ia berada di sana “untuk mengatur pembebasan saudara-saudara Muslim yang dipenjara oleh Israel” dan bahwa ia akan membahas pembebasan “semua 700 saudara” dengan “tingkat tertinggi di negara tersebut.”
Meskipun Israel menolak tawaran Ali, ia bertemu dengan beberapa pejabat Israel, termasuk Wakil Menteri Luar Negeri Ronnie Milo, anggota partai sayap kanan Likud yang saat ini diketuai oleh perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu.