Jika tidak, mungkin saatnya untuk menyesuaikan arah, bukan sekadar tujuan. Dalam perjalanan hidup yang kadang berliku, kita sering kali terjebak dalam sebuah narrative yang kita anggap telah disusun dengan cermat, namun tak jarang ia membawa kita ke persimpangan yang tak terduga. Sebagaimana air yang mengikuti kontur tanahnya, kita pun seharusnya mengizinkan diri untuk mengalir, mengubah arah tanpa kehilangan esensi dari tujuan itu sendiri.
Hidup, dalam segala kompleksitasnya, sering kali menunjukkan bahwa success tidak selalu bergerak dalam garis lurus yang dapat diprediksi. Seperti garis tak terputus dari sebuah trajectory yang melengkung, seringkali yang kita sebut kemajuan justru datang dari belokan yang tak kita rencanakan. Perubahan, yang kadang terasa menakutkan, adalah bentuk metanoia—transformasi batin yang membawa kita lebih dekat kepada pencapaian yang sesungguhnya, yang jauh lebih dalam daripada sekadar hasil.
Kita sering kali terperangkap dalam pengertian sempit tentang sukses: mencapai titik tertentu, sampai pada tujuan yang telah digariskan. Padahal, perjalanan itu sendiri—dengan segala detiknya yang tak dapat diprediksi—memiliki makna yang jauh lebih kaya. Fluctuation, pergolakan dalam perjalanan, bukanlah kekurangan, melainkan bagian dari proses pemurnian yang mengarahkan kita pada tujuan yang lebih bermakna. Growth, sejatinya, adalah tentang bagaimana kita menerima setiap perubahan, bukan hanya untuk memenuhinya dengan ambisi, melainkan untuk mengisinya dengan kedalaman pemahaman.
Mungkin selama ini kita terlalu terpaku pada tujuan akhir yang kita sebut ‘sukses’, namun kita lupa bahwa setiap langkah adalah bagian dari kairos—waktu yang tepat dan bermakna untuk bertumbuh. Sebagaimana seorang flâneur yang tidak terburu-buru, kita pun seharusnya belajar untuk menikmati setiap pemandangan sepanjang perjalanan, mengakui bahwa perubahan yang terjadi bukanlah hal yang harus kita hindari, tetapi sesuatu yang perlu kita terima dengan rasa syukur dan ketenangan hati.
Jika rencana yang telah kita buat tidak lagi mengarah pada harapan yang kita dambakan, janganlah melihatnya sebagai kegagalan. Itu adalah epiphany, wahyu yang mengingatkan kita untuk melihat lebih dalam ke dalam diri, menyadari bahwa mungkin saja jalan yang baru justru membawa kita lebih dekat pada esensi sejati dari tujuan kita. Jangan takut untuk mengubah arah, karena dalam setiap perubahan tersembunyi potensi untuk menemukan jalan yang lebih autentik, lebih sesuai dengan panggilan hidup yang tak selalu bisa ditangkap oleh logika semata.
Beranilah untuk berbelok, dan biarkan perubahan itu menjadi kunci dari perjalanan panjang yang akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana, lebih peka terhadap apa yang sesungguhnya kita cari dalam kehidupan ini.