TOKYO,-Sebanyak 527 anak yang bersekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA di Jepang meninggal karena bunuh diri pada tahun lalu, naik 14 kasus dari 2023 dan melampaui rekor sebelumnya sebanyak 514 kasus pada 2022, menurut data awal pemerintah yang dirilis pada Rabu.
Siswa SMA menyumbang jumlah terbesar dengan 349 kasus, naik 2 dari tahun sebelumnya, diikuti oleh siswa SMP sebanyak 163 kasus, naik 10, serta siswa SD sebanyak 15 kasus, naik 2, menurut data Kementerian Kesehatan yang bersumber dari statistik Badan Kepolisian Nasional.
Berdasarkan jenis kelamin, 239 di antaranya adalah laki-laki, turun 20 kasus, sementara 288 adalah perempuan, meningkat 34 kasus.
Seorang pejabat Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan menyebut situasi ini sebagai “serius” dan menekankan perlunya analisis lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor penyebabnya dengan lebih baik.
Secara keseluruhan, jumlah kasus bunuh diri di Jepang menurun menjadi 20.268, turun 1.569 dari 2023, menjadikannya angka terendah kedua sejak pencatatan dimulai pada 1978.
Kasus bunuh diri di kalangan laki-laki turun menjadi 13.763, berkurang 1.099 kasus, menandai penurunan pertama dalam tiga tahun terakhir. Sementara itu, bunuh diri di kalangan perempuan juga mengalami penurunan selama dua tahun berturut-turut, turun 470 menjadi 6.505 kasus.
Masalah kesehatan menjadi alasan paling umum di balik kasus bunuh diri, dengan total 11.986 kasus, diikuti oleh masalah ekonomi dan kehidupan sebanyak 5.075 kasus, serta masalah keluarga sebanyak 4.334 kasus.
Masalah terkait sekolah menyumbang 578 kasus, sementara 42 kasus bunuh diri terkait dengan interaksi di media sosial atau dunia maya.
Angka bunuh diri per 100.000 penduduk tercatat 16,3, turun 1,3 dari tahun sebelumnya.
© KYODO