Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Education

Dari Nabi ke Budaya: Mengapa Islam Jadi Berwarna-Warni

munira by munira
September 2, 2025
in Education, Opinion
0
Share on FacebookShare on Twitter

Islam lahir dari wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sumber ajarannya jelas: Al-Qur’an dan hadis. Tetapi, siapa yang bisa menyangkal kalau dalam perjalanan sejarahnya, Islam jadi “berwarna-warni”? Di satu tempat orang mengangkat tangan tinggi saat takbir, di tempat lain cukup sebatas dada. Ada yang membaca doa qunut, ada yang tidak. Ada yang merayakan maulid Nabi dengan meriah, ada pula yang menganggapnya bid’ah.

Pertanyaannya, mengapa satu ajaran bisa melahirkan begitu banyak wajah?

Hadis dan Perbedaan Mazhab

Jawabannya banyak berawal dari hadis. Hadis adalah penjelasan hidup Nabi, tetapi ketika dikodifikasi, ditafsirkan, dan dipraktikkan, muncullah perbedaan cara pandang. Dari sinilah lahir empat mazhab besar dalam fikih Sunni—Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali—serta mazhab-mazhab lainnya.

Perbedaan metodologi para ulama itulah yang akhirnya membentuk tradisi keberislaman yang berbeda-beda. Di Nusantara, misalnya, Syafi’i mendominasi sehingga doa qunut, tahlilan, dan kenduri menjadi tradisi. Di Saudi, mazhab Hanbali yang tekstual lebih memengaruhi wajah Islam: sederhana, ketat, dan apa adanya.

Dari Hukum ke Budaya

Perbedaan tafsir hadis tidak berhenti di kitab kuning. Ia menetes ke kehidupan sehari-hari, lalu menjadi budaya. Tradisi keagamaan, cara berpakaian, bahkan cara masyarakat merayakan hari besar Islam, semuanya berakar pada perbedaan itu. Maka, yang kita sebut “Islam Indonesia” atau “Islam Turki” sebenarnya adalah hasil perjumpaan antara teks wahyu dan konteks budaya.

Lalu, Tuhan Berpihak pada Siapa?

Di sini muncul pertanyaan nakal tapi wajar: kalau begitu, Tuhan berpihak pada kelompok yang mana? Apakah Tuhan lebih suka Muslim Syafi’i ketimbang Hanafi? Apakah yang tidak berqunut jadi kurang sah di mata Tuhan?

Jawaban Al-Qur’an tegas: “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” Artinya, Tuhan tidak peduli bendera mazhab, melainkan hati yang ikhlas dan amal yang tulus.

Mengapa Tuhan Membiarkan Perbedaan?

Lalu, kenapa Tuhan membiarkan manusia berbeda-beda? Karena justru di sanalah rahmatnya. Kalau semua dipaksa satu warna, Islam mungkin tidak bisa hidup di banyak tempat. Dengan keragaman, Islam bisa membumi di Mesir, Afrika, Eropa, atau Jawa.

Masalahnya muncul ketika perbedaan tafsir dan mazhab dijadikan alat politik. Sejarah penuh dengan kisah bagaimana perbedaan fikih atau teologi dijadikan senjata kekuasaan. Padahal, kalau mau jujur, perbedaan itu seharusnya menjadi ruang belajar, bukan medan perang.

Penutup

Jadi, Islam memang satu, tapi wajahnya banyak. Ia seperti cahaya putih yang ketika melewati prisma budaya manusia, pecah jadi pelangi. Yang diuji dari kita bukanlah keseragaman, melainkan bagaimana menyikapi perbedaan dengan lapang dada. Karena pada akhirnya, Tuhan tidak menanyakan kita ikut mazhab mana, tetapi apakah kita benar-benar jujur dalam beriman.


 

Share this:

  • Facebook
  • X
ADVERTISEMENT
Previous Post

Even the Dead Fish Can Go With the Flow

Next Post

Bunga di Tembok Tua: Sebuah Renungan tentang Kehidupan

munira

munira

Related Posts

Agama Tuhan Itu Ringan: Angin yang Menyejukkan Hati

Agama Tuhan Itu Ringan: Angin yang Menyejukkan Hati

by munira
November 3, 2025
0

Agama sering kali terdengar berat. Kita melihatnya melalui kata-kata manusia: larangan yang menumpuk, hukum yang tak terhitung, dan dosa yang...

Die With Zero

Die With Zero

by munira
October 26, 2025
0

Ada satu gagasan yang pelan-pelan menantang cara kita memandang hidup dan uang. Bukan dari ruang kuliah ekonomi, bukan pula dari...

Saya Pasti Masuk Syurga

Saya Pasti Masuk Syurga

by munira
October 19, 2025
0

Saya ini bukan orang suci, tapi saya yakin seratus persen — bukan hanya yakin, haqul yaqin — saya pasti masuk...

Menapaki Tiga Tempat untuk Memahami Hidup

Menapaki Tiga Tempat untuk Memahami Hidup

by munira
October 13, 2025
0

Untuk benar-benar memahami apa itu hidup, kita harus mengunjungi tiga tempat: rumah sakit, penjara, dan pemakaman. Di rumah sakit, kita...

Next Post
Bunga di Tembok Tua: Sebuah Renungan tentang Kehidupan

Bunga di Tembok Tua: Sebuah Renungan tentang Kehidupan

Delapan Cahaya Nasihat Nabi: Jalan Hidup yang Tak Pernah Redup

Delapan Cahaya Nasihat Nabi: Jalan Hidup yang Tak Pernah Redup

Trending News

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

August 24, 2024
Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

July 6, 2024
Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

June 30, 2024

Munira News

Munira
Cakrawala Dunia

Menu

  • About Us
  • ad
  • Home

Categories

  • Arts
  • Business
  • Crime
  • Cross Cultural
  • Destination
  • Education
  • Ekonomi
  • Environment
  • Fashion
  • Figure
  • Fiksi
  • Global
  • Health
  • Japan
  • Justice
  • News
  • Opinion
  • Politic
  • Science
  • Sponsor
  • Spritual
  • Technology
  • Uncategorized

Tags

Flap Barrier Swing Barrier

Recent Posts

  • Bunda Lucia Soetanto
  • Agama Tuhan Itu Ringan: Angin yang Menyejukkan Hati
  • News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor

© 2023 Munira

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Cross Cultural
  • Opinion
  • Politic
  • Global
  • Sponsor
  • Education
  • Fashion

© 2023 Munira