Robert Dickson Crane memiliki sejarah karier yang mengesankan dalam pemerintahan Amerika Serikat (AS). Dia adalah seorang diplomat dan intelektual yang berpengalaman, yang pernah menduduki berbagai posisi penting di berbagai tingkatan pemerintahan AS.
Salah satu posisi terkemuka yang pernah diemban oleh Crane adalah sebagai penasihat politik luar negeri untuk Presiden AS ke-37, Richard Nixon, dari tahun 1963 hingga 1968. Dalam peran ini, Crane memberikan kontribusi yang signifikan dalam merumuskan kebijakan luar negeri AS pada masa itu.
Selain itu, Crane juga singkat menjabat sebagai wakil direktur perencanaan Dewan Keamanan Nasional pada masa pemerintahan Nixon. Meskipun masa jabatannya relatif singkat, peran ini memberikan pengalaman berharga dalam bidang keamanan nasional dan strategi luar negeri.
Di luar pemerintahan AS, Crane juga pernah menjadi duta besar untuk Uni Emirat Arab (UEA) selama masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan. Dalam kapasitas ini, ia bertanggung jawab untuk memperkuat hubungan diplomatik antara AS dan UEA, serta memfasilitasi kerja sama bilateral di berbagai bidang.
Namun, perjalanan hidup Crane mengalami perubahan signifikan setelah ia memeluk Islam. Sejak saat itu, lelaki kelahiran Cambridge, Massachusetts, AS pada tanggal 26 Maret 1929 ini, lebih banyak terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengadvokasi dan memperjuangkan pemahaman yang lebih baik tentang Islam. Dengan pengetahuannya yang mendalam tentang politik dan diplomasi, Crane menjadi suara yang berpengaruh dalam membawa pesan-pesan positif tentang Islam ke masyarakat luas.
Robert Crane, penasihat Presiden Amerika Serikat Richard Nixon, bukan hanya seorang akademisi yang berprestasi, tetapi juga memiliki perjalanan spiritual yang menarik. Dikenal sebagai seorang intelektual yang cemerlang, Crane memiliki dua gelar doktor dari Universitas Harvard dalam bidang hukum umum dan hukum internasional. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai presiden Asosiasi Hukum Internasional di universitas tersebut, sebuah prestasi yang menegaskan kredibilitasnya di kancah akademis global.
Pada masa pemerintahan Nixon, Crane diangkat menjadi penasihat hukum Departemen Luar Negeri dan wakil Direktur Utama Keamanan Nasional. Namun, keputusan yang paling mengejutkan adalah ketika Presiden Nixon meminta Crane untuk membaca dan merangkum sebuah laporan tentang Islam Fundamentalis yang disusun oleh dinas intelijen AS. Terdapat suatu ironi dalam proses ini, karena Crane justru terkesan dengan Islam setelah membaca dan mempelajari laporan tersebut.
Ketertarikan Crane terhadap Islam tidak berhenti pada pembacaan laporan itu saja. Ia aktif menghadiri ceramah-ceramah dan seminar-seminar tentang Islam, yang pada akhirnya membawanya untuk memeluk agama Islam. Dengan penuh keyakinan, Crane mengganti namanya menjadi Farooq Abdel Haq, yang memiliki arti ‘Pembeda antara yang hak dan yang batil, hamba Yang Maha Benar’.
Keputusan Crane untuk memeluk Islam tidak hanya didasari oleh ketertarikannya pada agama tersebut, tetapi juga oleh pemahamannya akan prinsip-prinsip keadilan dalam Islam. Sebagai seorang ahli hukum, Crane menyadari bahwa prinsip-prinsip hukum yang ia pelajari telah ada secara lengkap dalam Islam. Bahkan, ia merasa terkesan dengan konsep keadilan yang begitu kuat dalam ajaran Islam, sesuatu yang tidak pernah ia temui dalam literatur hukum Barat.
Salah satu momen yang menandai perjalanan spiritual Crane adalah ketika ia berhasil membuka pikiran seorang Profesor Yahudi yang meragukan kebenaran Islam. Dengan tajam, Crane menunjukkan bahwa prinsip-prinsip hukum waris dalam Islam jauh lebih sederhana dan adil dibandingkan dengan hukum waris yang rumit dalam literatur hukum Barat. Kesimpulan ini tidak hanya memengaruhi profesor Yahudi tersebut, tetapi juga membawa dirinya sendiri dan banyak orang lain untuk memahami kebenaran dalam ajaran Islam.
Robert Crane, atau yang kemudian dikenal sebagai Farooq Abdel Haq, meninggalkan warisan intelektual yang berharga dalam perjalanannya menuju Islam. Meskipun telah berpulang pada bulan Desember 2021 dalam usia 92 tahun, kontribusinya sebagai seorang Muslim intelektual terus dikenang dan dihargai.