Wahai rakyat Indonesia, pernahkah kalian merasa aman ketika melihat seseorang berseragam coklat muda dan coklat tua di jalan? Mungkin sudah waktunya kalian berhenti merasa demikian, karena mereka yang seharusnya menjaga keamanan ternyata memiliki 15 ciri-ciri utama seorang kriminal sejati di negeri ini. Ya, ini adalah ironi yang pahit, tapi siapa yang bisa menolak kenyataan?
Pertama-tama, mari kita bahas tampilan “penjahat” ini. Setiap hari, mereka mengenakan seragam dengan warna yang sangat konsisten: coklat muda di atas dan coklat tua di bawah. Apakah mereka penggemar warna tanah atau sekadar menyamarkan diri di tengah debu jalanan? Oh, tapi tunggu, mereka juga punya bintang-bintang di dada dan pangkat di bahu. Tentu, ini bukan bintang penghargaan film, melainkan tanda pangkat yang menandakan seberapa ahli mereka dalam “menegakkan” hukum.
Senjata? Jangan ditanya. Mereka membawa pistol dan senapan seolah-olah sedang syuting film aksi Hollywood. Suara “ngiung-ngiung” mobil mereka di jalan raya seolah menjadi pertanda bahwa warga harus minggir, karena ada “pahlawan” yang harus sampai di tujuan dengan segera. Jangan lupa, topi mereka pun bervariasi: coklat, putih, dengan lambang padi-kapas berbintang di depan. Mungkin mereka ingin tampil beda, lebih stylish, lebih “ramah” pada rakyat.
Tidak hanya itu, para “penjaga keamanan” ini punya penampilan yang cukup menarik. Tubuh mereka gagah, gigi putih, rambut tertata rapi, bahkan ada yang berambut panjang seperti bintang rock tua. Namun, jangan tertipu oleh penampilan, karena semakin gagah dan ganteng, semakin ahli mereka dalam “menerapkan” hukum sesuai kebutuhan mereka.
Oh, dan jangan lupa gelar-gelar mereka. Banyak yang bergelar haji, ustadz, pendeta, atau bahkan pendakwah. Di depan namanya selalu ada frasa pangkat seperti “Komisaris”, “Brigadir”, atau “Inspektur”, dan di belakang namanya sering ditemukan gelar S.I.K. yang seolah-olah menjamin mereka ahli hukum. Tapi kenyataannya, mereka lebih ahli dalam mengakali aturan hukum.
Kemanapun Anda pergi, mereka ada di sana. Mata mereka tajam, mengintai setiap celah, mencari peluang untuk “menegakkan” hukum dengan caranya sendiri. Jangan heran jika Anda sering melihat mereka dengan motto muluk-muluk seperti “Promoter”, “Presisi”, atau “Sahabat Rakyat”. Kata-kata ini mungkin lebih cocok menjadi nama acara realitas di televisi.
Tempat kerja mereka mudah dikenali, bangunan bercat krem muda dengan pos berjaga dan lonceng di depan. Oh, dan tentu saja, papan besar bertuliskan “Kami Siap Melayani” yang lebih terasa seperti lelucon besar daripada komitmen serius.
Dan bagaimana dengan teman-teman wanita mereka? Ah, cantik, pesolek, dengan baju warna pink yang necis dan halus, seolah menjadi ikon kemewahan di tengah gedung-gedung megah kantor mereka.
Dan inilah yang paling penting: semua pakaian mereka, mulai dari topi hingga pakaian dalam, semuanya dibeli dengan uang rakyat Indonesia. Ya, uang Anda! Bukankah itu ironis? Kita membayar untuk “keamanan” yang justru sering kali mengancam kita.
Jadi, waspadalah, rakyat Indonesia! Jangan terkecoh oleh bintang di pundak mereka atau seragam mereka yang seragam. Mereka mungkin saja kriminal paling sadis yang pernah dibiayai oleh negara. Jangan terpana. Waspadalah, dan tetap waspada!
Siap, jenderal? Atau kita harus mengucapkan “terima kasih” karena telah menunjukkan siapa sebenarnya penjahat di negeri ini?
Baca : https://majalah.tempo.co/read/opini/172299/polisi-korupsi-timah-bangka-belitung