Tokyo – Pemerintah Jepang mendorong warganya yang dikenal dengan etos kerja tinggi untuk mulai mencoba konsep kerja empat hari dalam seminggu. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya meningkatkan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi serta mengatasi berbagai masalah yang timbul dari budaya kerja berlebihan yang telah lama mengakar di negara tersebut.
Pemerintah berharap kebijakan ini dapat memberikan lebih banyak waktu bagi para pekerja untuk beristirahat, mengejar hobi, dan menghabiskan waktu bersama keluarga, tanpa mengorbankan produktivitas. Selain itu, inisiatif ini juga diharapkan dapat mengurangi tingkat stres dan kelelahan, serta meningkatkan kesehatan mental dan kebahagiaan pekerja.
“Kami ingin memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan untuk menikmati hidup di luar pekerjaan,” ujar seorang pejabat Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang. “Dengan mengadopsi minggu kerja empat hari, perusahaan dan pekerja dapat menemukan keseimbangan yang lebih baik antara produktivitas dan kualitas hidup.”
Konsep kerja empat hari dalam seminggu ini masih merupakan rekomendasi, bukan kewajiban, namun pemerintah berharap semakin banyak perusahaan yang mau mengadopsinya sebagai bagian dari kebijakan mereka. Jepang sudah lama dikenal dengan budaya “karoshi” atau kematian akibat kerja berlebihan, sehingga kebijakan ini dipandang sebagai langkah penting untuk memperbaiki budaya kerja yang ada.
Beberapa perusahaan besar, seperti Microsoft Jepang, telah melakukan uji coba minggu kerja empat hari dan melaporkan peningkatan produktivitas hingga 40 persen, serta pengurangan penggunaan listrik dan sumber daya lainnya. Hasil positif ini menjadi dasar pemerintah untuk memperluas kebijakan tersebut ke lebih banyak sektor industri di Jepang.
Dengan semakin banyaknya negara yang mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah hari kerja dalam seminggu, Jepang berharap bisa menjadi contoh bagaimana kebijakan ini dapat diterapkan tanpa mengorbankan produktivitas atau pertumbuhan ekonomi.