Muniranews,–Pernyataan Presiden Jokowi pada tanggal 16 Juli 2024 di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, menimbulkan banyak pertanyaan dan kontroversi. Ketika diminta menjelaskan sikap pemerintah terkait langkah lima nahdliyin bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, Jokowi merespons dengan meminta media menanyakan langsung kepada PBNU dan menyatakan bahwa sikap pemerintah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.
Namun, pernyataan ini justru menimbulkan lebih banyak kebingungan daripada kejelasan. Mengalihkan tanggung jawab penjelasan kepada PBNU, sebuah organisasi non-pemerintah, menunjukkan kurangnya transparansi dan kepemimpinan dari pemerintah. Sebagai pemimpin negara, Jokowi seharusnya memberikan penjelasan yang lebih komprehensif dan langsung kepada publik, bukan mengalihkan pertanyaan yang sangat penting ini kepada pihak lain.
Lebih lanjut, mengklaim bahwa sikap pemerintah “jelas sesuai pembukaan UUD 1945” tanpa memberikan rincian konkret hanya memperlihatkan retorika tanpa substansi. Pembukaan UUD 1945 memang menekankan pentingnya menjaga ketertiban dunia, namun bagaimana pertemuan dengan pemimpin negara yang kontroversial ini mendukung prinsip tersebut? Tidak ada penjelasan yang cukup dari Presiden Jokowi mengenai bagaimana langkah ini sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia yang selama ini mendukung kemerdekaan Palestina.
Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, selalu memiliki posisi tegas dalam mendukung perjuangan Palestina. Pertemuan dengan Presiden Israel tanpa konteks dan penjelasan yang jelas bisa dilihat sebagai langkah yang bertentangan dengan prinsip tersebut. Jika ada alasan strategis di balik langkah ini, Jokowi seharusnya mengkomunikasikannya secara terbuka dan transparan kepada rakyat Indonesia.
Dalam menjaga ketertiban dunia, diplomasi dan dialog memang penting. Namun, keputusan besar seperti ini memerlukan komunikasi yang baik dan pemahaman yang jelas dari publik. Jokowi harus menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diambil pemerintah benar-benar demi kepentingan nasional dan bukan sekadar manuver diplomatik yang tidak jelas tujuannya.
Pada akhirnya, transparansi dan komunikasi yang jelas adalah kunci dalam mengelola negara dan menjaga kepercayaan publik. Mengalihkan tanggung jawab kepada PBNU dan memberikan pernyataan yang ambigu hanya akan memperburuk situasi dan menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.