Jakarta, Muniranews.-– – Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), tiba-tiba menjadi topik hangat. Namun, bukan karena prestasi politiknya, melainkan karena kabarnya yang kini tak diketahui rimbanya di tengah badai sorotan publik. Setelah gagal mencalonkan diri sebagai calon wakil gubernur di Jakarta dan Jawa Tengah akibat batalnya pengesahan RUU Pilkada, Kaesang seolah menghilang begitu saja dari pantauan publik.
Baca : https://fusilatnews.com/psi-jelaskan-keberadaan-kaesang-kpk-akan-panggil-kaesang/
Batalnya RUU Pilkada ini dipicu oleh demonstrasi besar-besaran yang meletus di berbagai daerah. Aksi massa yang masif ini menjadi salah satu bentuk perlawanan terbesar terhadap upaya dinasti politik yang dinilai berusaha memperkokoh cengkeraman di posisi-posisi strategis pemerintahan daerah. Gelombang penolakan ini dianggap sebagai simbol resistensi rakyat terhadap dinasti politik Jokowi, dan Kaesang yang gagal mencalonkan diri menjadi salah satu imbas paling nyata dari kekuatan protes tersebut.
Namun, yang lebih mengundang perhatian adalah sikap Kaesang yang dianggap hedonis di tengah situasi ini. Berita tentang Kaesang dan istrinya, Erina Gudono, terbang menggunakan jet pribadi menuju Amerika Serikat saat rakyat tengah dilanda kesulitan ekonomi membuat publik semakin marah. Saat banyak masyarakat kesulitan menghadapi tingginya harga-harga dan lonjakan pengangguran, aksi Kaesang ini justru dinilai tidak sensitif dan mencerminkan gaya hidup yang jauh dari kesederhanaan yang selama ini digembar-gemborkan keluarganya.
Publik mulai mempertanyakan keberadaan Kaesang. Di mana sebenarnya dia sekarang? Mengapa memilih pergi di saat seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memenuhi media sosial, menambah beban kritik terhadapnya. Kaesang yang biasanya aktif dan humoris di media sosial kini tak terdengar kabarnya, seakan memilih “menghilang” dari hiruk-pikuk kritik yang mengarah padanya.
Tindakan ini menimbulkan spekulasi bahwa Kaesang sengaja “bersembunyi” untuk menghindari dampak negatif lebih lanjut terhadap citra dirinya dan keluarganya. Beberapa pengamat politik bahkan menyebut langkah ini sebagai salah satu strategi untuk meredakan ketegangan publik. Namun, banyak pula yang melihatnya sebagai bukti lemahnya pemahaman terhadap aspirasi rakyat yang mereka wakili.
Di saat yang sama, citra Presiden Jokowi pun ikut tergerus. Kritikan terhadap gaya hidup mewah Kaesang dianggap mencerminkan ketidaksensitifan keluarga Presiden terhadap situasi ekonomi rakyat. Jika tidak segera ditangani, ini bisa menjadi titik balik yang merugikan bagi Jokowi, terutama menjelang akhir masa jabatannya.
Kaesang Pangarep kini menjadi simbol kontroversi baru. Apakah ia akan muncul kembali dengan klarifikasi atau permintaan maaf, atau justru tetap “menghilang” untuk waktu yang lebih lama, masih menjadi pertanyaan besar. Namun, satu hal yang jelas: ketidakhadiran Kaesang di tengah krisis ini hanya menambah rasa penasaran dan kemarahan publik, yang terus bergelora mencari jawab atas segala tingkah polah dinasti politik Jokowi.