Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Crime

Kejahatan Terhadap Kemanusiaan: Ide Menjual Janji Surga di Tempat Lain

munira by munira
April 1, 2025
in Crime, Opinion
0
Share on FacebookShare on Twitter

Ada sebuah ide yang telah merasuki jiwa-jiwa manusia, menjual janji akan sebuah tempat yang lebih baik daripada tempat yang kita pijak sekarang. Sebuah janji tentang “surga” yang entah bagaimana menggoda kita untuk merasakan ketidakpuasan terhadap kenyataan ini. Seakan-akan, di luar sana, di tempat lain, ada kehidupan yang lebih layak, lebih damai, lebih sempurna. Ide ini, dengan segala kemegahannya, telah menjadi salah satu kejahatan terbesar yang pernah dilakukan terhadap kemanusiaan. Ia bukan hanya menggerogoti jiwa, tetapi juga cara hidup kita sehari-hari.

Mengapa ide itu begitu berbahaya? Karena dengan menjanjikan tempat yang lebih baik, ia mengaburkan keberadaan kita saat ini. Kita menjadi lupa bahwa tempat yang kita huni ini, dengan segala kekurangannya, adalah satu-satunya tempat yang nyata. Segala perjuangan, rasa sakit, dan kebahagiaan kita terjalin dalam kain kehidupan yang tak bisa terpisah begitu saja oleh angan-angan tentang tempat yang lebih indah di luar sana. Seperti yang pernah dikatakan oleh Rainer Maria Rilke, “Tidak ada tempat lain selain di sini, tidak ada waktu lain selain sekarang.” Ini adalah panggilan untuk menghargai setiap momen dalam kehidupan kita, bukan membiarkan diri terperangkap dalam impian tentang masa depan yang tidak pernah datang.

Namun, kejahatan ini jauh lebih mendalam daripada sekadar impian tentang dunia yang lebih baik. Karena dalam setiap impian yang dijual kepada kita, ada pengkhianatan terhadap kenyataan yang ada. Ada perasaan terasing yang tumbuh, seolah kita hanya bisa hidup dengan menunggu atau menginginkan tempat yang lebih baik, tempat yang tidak pernah ada. Kita lupa bahwa tempat ini, dengan segala pergulatan dan realitasnya, adalah surga yang seharusnya kita rawat.

Ini adalah paradoks kehidupan: tempat ini, yang sering kita anggap sebagai neraka, sejatinya adalah surga yang tersembunyi di balik keterlibatan kita yang sepenuh hati. Seperti yang pernah disampaikan oleh Albert Einstein, “Hidup ini seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, kamu harus terus bergerak.” Jika setiap langkah yang kita ambil, setiap keputusan yang kita buat, dilakukan dengan keterlibatan yang penuh dan kesadaran yang dalam, maka hidup ini bisa menjadi surga yang kita cari-cari. Namun, jika kita melakukannya dengan penolakan, dengan setengah hati, atau sekadar menjalani kehidupan karena terpaksa, maka dunia ini akan terasa seperti neraka yang tak pernah berakhir.

Keindahan hidup ini bukan terletak pada tempat yang jauh atau dunia lain, tetapi pada bagaimana kita menjalani hari ini. Jika setiap pekerjaan, setiap interaksi, setiap detik yang kita lewati, dilakoni dengan sepenuh hati, dengan niat yang tulus, maka kita akan menemukan kedamaian dalam setiap langkah. Namun, jika kita menjalani hidup ini dengan rasa enggan, dengan keinginan untuk melarikan diri dari kenyataan, maka kita akan terperangkap dalam siksaan batin yang tiada henti.

Jadi, bukankah sudah saatnya kita berhenti memimpikan tempat yang lebih baik dan mulai merawat surga yang ada di depan mata? Surga itu bukanlah tempat lain, bukan kehidupan yang lebih baik di luar sana, tetapi ini adalah kehidupan yang kita jalani dengan sepenuh hati, dengan keterlibatan penuh, dengan rasa syukur yang tak pernah henti. Ini adalah surga yang ada dalam setiap tindakan kita, dalam setiap pemikiran kita, dalam setiap keinginan untuk membuat dunia ini menjadi lebih baik.

Seperti kata Lao Tzu, “Jika kamu ingin berubah dunia, ubahlah dirimu sendiri.” Ini adalah kehidupan yang harus kita hadapi dengan penuh kesadaran dan penghayatan. Karena, pada akhirnya, kehidupan yang kita jalani hari ini adalah satu-satunya tempat yang benar-benar kita miliki. Maka, jika kita ingin melihat surga, kita hanya perlu melihat dengan mata hati, dengan keterlibatan penuh dalam setiap detik yang ada. Dan saat itu, kita akan menyadari bahwa surga itu bukan tempat lain, tetapi di sini, dalam kehidupan kita yang kita jalani dengan penuh kesungguhan.

Share this:

  • Facebook
  • X
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kenangan yang Abadi: Cinta dan Kebaikan yang Kita Tinggalkan

Next Post

Burung Gagak Albino: Sebuah Renungan Tentang Persepsi dan Kebenaran

munira

munira

Related Posts

Agama Tuhan Itu Ringan: Angin yang Menyejukkan Hati

Agama Tuhan Itu Ringan: Angin yang Menyejukkan Hati

by munira
November 3, 2025
0

Agama sering kali terdengar berat. Kita melihatnya melalui kata-kata manusia: larangan yang menumpuk, hukum yang tak terhitung, dan dosa yang...

Saya Pasti Masuk Syurga

Saya Pasti Masuk Syurga

by munira
October 19, 2025
0

Saya ini bukan orang suci, tapi saya yakin seratus persen — bukan hanya yakin, haqul yaqin — saya pasti masuk...

Menapaki Tiga Tempat untuk Memahami Hidup

Menapaki Tiga Tempat untuk Memahami Hidup

by munira
October 13, 2025
0

Untuk benar-benar memahami apa itu hidup, kita harus mengunjungi tiga tempat: rumah sakit, penjara, dan pemakaman. Di rumah sakit, kita...

🌾 Berjalan Pergi Bukanlah Kelemahan — Itu Kebijaksanaan

by munira
October 13, 2025
0

Pagi itu, embun masih menggantung di ujung daun. Langit berwarna abu-abu muda, seolah ragu antara menurunkan hujan atau memberi cahaya....

Next Post
Burung Gagak Albino: Sebuah Renungan Tentang Persepsi dan Kebenaran

Burung Gagak Albino: Sebuah Renungan Tentang Persepsi dan Kebenaran

Spiritualitas dalam Diri: Menjadi Cahaya yang Mengilhami

Spiritualitas dalam Diri: Menjadi Cahaya yang Mengilhami

Trending News

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

August 24, 2024
Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

July 6, 2024
Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

June 30, 2024

Munira News

Munira
Cakrawala Dunia

Menu

  • About Us
  • ad
  • Home

Categories

  • Arts
  • Business
  • Crime
  • Cross Cultural
  • Destination
  • Education
  • Ekonomi
  • Environment
  • Fashion
  • Figure
  • Fiksi
  • Global
  • Health
  • Japan
  • Justice
  • News
  • Opinion
  • Politic
  • Science
  • Sponsor
  • Spritual
  • Technology
  • Uncategorized

Tags

Flap Barrier Swing Barrier

Recent Posts

  • Bunda Lucia Soetanto
  • Agama Tuhan Itu Ringan: Angin yang Menyejukkan Hati
  • News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor

© 2023 Munira

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Cross Cultural
  • Opinion
  • Politic
  • Global
  • Sponsor
  • Education
  • Fashion

© 2023 Munira