SOLO-Muniranews.— Informasi yang telah membuat aparatur terkait Pemerintah kota tercengang adalah, pengumuman peringkat kota Solo dalam penilaian “Kota Toleran”. Peringat Kota Solo sebagai kota toleran merosot ke urutan 10 di tahun 2023. Hal ini berdasarkan Indeks Kota Toleran yang dirilis Setara Institute. Sementara pada tahun 2022, Kota Solo peringkat ke-4 sebagai Kota Toleran.
Usai menerima penghargaan tersebut, Wakil Walikota Solo, Teguh Prakosa, mengaku kaget dengan penurunan tersebut. “Kami agak kaget ini, indikatornya apa ini dari 4 ke 10 ya. Kota kami ini di sekitarnya ada pernik-pernik. Kemarin ditangkap satu di kelurahan Mojo (terorisme), jadi indikator ya,” kata Teguh, dikutip dari Kanal Youtube Setara Institute.
Lebih lanjut, Mantan Ketua DPRD Kota Solo ini juga menyampaikan selama 10 tahun terakhir di Balai Kota Solo, tidak ada batas dan masyarakat bebas menggelar acara keagamaan. “Setiap hari-hari besar keagamaan di sana (Balai Kota) mesti ada pernik-pernik Natal, Lebaran dan puasa, Waisak, Imlek, itulah yang kami gambarkan secara nyata, bahwa kami setara pada siapapun.
Lha ini justru (peringat turun), terima kasih kami akan mawas diri atau mungkin regulasi belum ada,” paparnya.
Merosotnya peringat tersebut menjadi sorotan DPRD Kota Solo. Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Asih Sunjoto mengatakan, sangat prihatin dengan kondisi tersebut.
Kota Solo selama ini yang digaungkan sebagai Kota Toleransi malah mengalami penurunan skor. “Dari 5.883 menjadi 5.800, nilai ini cukup signifikan, sehingga berimbas dari rangking 4 menjadi 10,” kata Asih, pada Rabu (13/1/2024).
Kali ini, urutan ke empat diisi oleh Kota Manado, Sulawesi Utara. Kemudian, peringkat pertama Kota Singkawang Kalimantan Barat, Kedua Kota Bekasi Jawa Barat dan ketiga Kota Salatiga Jawa Tengah.
“Ini menjadi bahan intropeksi bagi kita. Bagi masyarakat serta penyelenggara pemerintahan. Mungkin sepajang tahun 2023 kemarin ketika ada permasalah terkait tempat ibadah, kemudian gesekan antarumat beragama menjadi penyebab penurunan skor,” paparnya.
Penurunan skor ini, dimungkinkan berkaitan dengan kasus GKJ Nusukan pada 2023, yang saat ini belum selesai. Kasus tersebut termasuk peristiwa besar menurut penilaian lembaga tersebut.
Lanjutnya, Forkompimda, Satuan Kerja Perangat Daerah (SKPD) serta Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) harus melakukan evaluasi. Mengingat pada 2024, menjadi tahun politik diharapkannya gesekan ini bisa diminimalkan.
“Untuk dari itu, perlu dicegah, para tokoh-tokoh agama harus ikut memberi himbauan kepada jamaah tentang toleransi. Sehingga Solo bisa meningkat kembali untuk kota toleran. Nilai tahun ini menjadi bahan cambukan kita bersama,” tutupnya.