Sosok Pastor Gilbert Lumoindong kini sedang viral dan menjadi sorotan publik setelah hotbahnya yang dianggap kontroversial dan menilai ranah keyakinan/ajaran agama Islam. Dalam hotbahnya Pastor Gilbert Lumoindong membandingkan kewajiban membayar zakat antara agama Kristen dan Islam, menyebabkan banyak kontroversi dan kecaman.
Dalam hotbah tersebut, Pastor Gilbert Lumoindong mengaitkan keyakinan agama Kristen yang mengharuskan umatnya membayar persepuluh (10%) dari pendapatannya dengan kewajiban membayar zakat dalam Islam yang hanya sebesar 2.5%. Dia juga menyoroti perbedaan dalam kewajiban ibadah, seperti sembahyang yang dilakukan sekali seminggu (Karena 10%) dalam agama Kristen dibandingkan dengan sholat lima kali sehari dalam Islam (2.5%).
Pada ucapan lain, ia menghotbahkan, poin ini dianggap sangat melecehkan ajaran agama Islam yang mewajibkan umatnya untuk berwudhu sebelum sholat. Sementara orang Kristen tidak perlu membersihkan diri sebelum beribadah karena Tuhan Yesus telah membersihkannya dengan darah-Nya.
Pernyataannya dinilai blasfemis.
Kecaman terhadap Pastor Gilbert Lumoindong pun tidak terhindarkan. Pertama-tama, dia dinilai telah melampaui batas dengan menilai keyakinan agama lain dari perspektif keyakinan Kristen. Hal ini dianggap tidak relevan dan tidak pantas, mengingat perbedaan mendasar antara agama-agama tersebut.
Kedua, banyak yang merasa kecewa dan heran bahwa pernyataan tersebut keluar dari mulut seorang Pastor yang dianggap memiliki pengetahuan agama yang luas dan pandai berhotkab. Ini menimbulkan pertanyaan tentang kedalaman pemahaman dan kebijaksanaan dalam menyampaikan ajaran agama.
Ketiga, terdapat kesalahpahaman yang cukup besar dalam hotbah tersebut. Pastor Gilbert Lumoindong tampaknya tidak memahami dengan baik konsep zakat dalam Islam, yang tidak hanya terbatas pada zakat fitrah dan zakat maal, tetapi juga mencakup zakat tijarah (perdagangan), ganimah, dan berbagai jenis zakat lainnya dengan persentase yang bervariasi, bahkan bisa melebihi 10%.
Kontroversi ini menunjukkan pentingnya kehati-hatian dan kebijaksanaan dalam menyampaikan ajaran agama, terutama dalam konteks yang sensitif seperti ini. Sebagai tokoh agama yang dihormati, Pastor Gilbert Lumoindong seharusnya memberikan contoh yang baik dan membangun dialog yang saling menghormati antara umat beragama, bukan memicu perpecahan dan kebingungan.
Kontroversi yang dipicu oleh hotbah Pastor Gilbert Lumoindong telah mencapai titik kritis yang memicu tuntutan hukum dari masyarakat. Pernyataannya yang dianggap blasfemis, yang menilai keyakinan agama lain dengan perspektif agama Kristen, telah menimbulkan kemarahan dan kekecewaan yang mendalam di kalangan masyarakat.
Tuntutan hukum terhadap Pastor Gilbert Lumoindong menjadi sorotan utama dalam kontroversi ini. Masyarakat menuntut agar sang Pastor bertanggung jawab atas pernyataannya yang dianggap melecehkan ajaran agama Islam. Pernyataan tersebut dianggap tidak hanya merendahkan umat Islam, tetapi juga menimbulkan potensi konflik antar-agama yang serius.
Kritik terhadap Pastor Gilbert Lumoindong semakin tajam, bahkan beberapa pihak menganggap bahwa pernyataannya sudah melampaui batas kebebasan beragama dan menyentuh ranah pidana. Hal ini menimbulkan desakan dari masyarakat untuk membawa kasus ini ke ranah hukum guna mempertanggungjawabkan pernyataan yang dianggap tidak pantas dan merugikan tersebut