Dalam kehidupan yang penuh dinamika, kita sering kali mencari terang, berharap menemukan makna dan kejelasan dalam setiap langkah yang kita tempuh. Terang itu, tampaknya hanya ada di sini, di Ibu Bumi. Di tempat ini, kita merasakan kehadiran nyata, jasad yang berdiri, wujud yang terlihat, dan ruh-ruh yang bergerak bebas. Segalanya nampak apa adanya, memberikan kepastian dalam setiap pandangan kita.
Namun, saat kita menengadah ke Bapak Langit, mencari sesuatu yang lebih dari sekadar fisik dan material, kita mulai menerawang dalam kesadaran yang lebih dalam. Terang yang kita harapkan sering kali berubah menjadi kegelapan yang menyelubungi. Nur yang semula jelas menjadi dzulumat, karena di atas sana, tidak ada wujud yang bisa kita pegang atau lihat. Segala sesuatu menjadi samar, tertutup oleh nafsu lahir yang selalu menginginkan kepastian.
Di saat inilah, kita bisa merasakan keindahan dalam alunan nada senyap. Dalam kegelapan yang terang, kita menemukan kedamaian yang tidak bisa ditemukan dalam hiruk pikuk dunia nyata. Tidak ada lagi jeritan atau hingar bingar yang mengganggu. Segala sesuatu terbaca oleh mata hati, memberikan kita pandangan yang lebih jernih tentang makna hidup.
Ketika kita mencapai kesadaran ini, Sang Pemilik Wujud, entah itu Tuhan, alam semesta, atau makna hidup itu sendiri, tersenyum. Dia tidak diwujudkan dalam bentuk apapun, tidak dibatasi oleh bayangan atau angan-angan kita. Ketika kita mencoba mengukir-Nya dalam bentuk jasad atau imajinasi, kita semakin menjauh dari kebenaran. Sang Pemilik semakin kecil, tilem menghilang, dan kasih sayang-Nya pun terasa memudar.
Dalam momen-momen ini, kita belajar bahwa kekuatan sejati tidak datang dari usaha kita untuk mewujudkan atau menggambarkan sesuatu yang tak terlukiskan. Sebaliknya, kekuatan itu datang dari penerimaan dan pemahaman bahwa tidak semua hal harus diwujudkan. Ada keindahan dalam kegelapan, ada makna dalam ketidakpastian.
Menengadah ke Bapak Langit mengajarkan kita untuk menghargai yang tidak terlihat, yang tidak berwujud. Ini adalah pengingat bahwa kehidupan tidak selalu tentang apa yang kita lihat dan pegang, tetapi tentang apa yang kita rasakan dan pahami di dalam hati. Dalam setiap tarian kita di atas bumi ini, dalam setiap langkah yang kita ambil, kita diingatkan untuk selalu mencari keseimbangan antara yang nyata dan yang tak terlihat, antara terang dan gelap.
Di tengah perjalanan ini, kita menemukan bahwa kasih dan kebijaksanaan sejati datang dari memahami dan menerima ketidakpastian. Dari menari di tengah kegelapan yang terang, kita belajar untuk melihat dengan mata hati, merasakan dengan jiwa, dan hidup dengan kesadaran yang lebih dalam. Inilah esensi dari menengadah ke Bapak Langit, mencari makna di tengah kegelapan yang memberi kita terang.