Oleh Ali Syarief
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam ajaran Islam, hadis yang terkenal menyatakan bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah, yaitu keadaan ketuhanan yang murni dan suci. Hadis tersebut menjadi pedoman dan pesan yang mendalam, menyiratkan makna penting mengenai kebebasan beragama dan tanggung jawab orang tua dalam membimbing anak-anak mereka.
Hadis Bukhari Muslim itu, menekankan bahwa setiap individu lahir dengan fitrah yang bersih, tidak terpengaruh oleh ajaran agama atau kepercayaan apapun. Ini menyiratkan konsep kebebasan beragama, di mana seseorang memiliki hak untuk memilih keyakinan agamanya sendiri ketika dewasa. Pada dasarnya, Islam menghormati kebebasan individu dalam memilih agama mereka.
Tanggung Jawab Orang Tua:
Meskipun fitrah manusia bersih dari pengaruh agama tertentu, hadis ini juga menunjukkan tanggung jawab besar orang tua dalam membimbing anak-anak mereka. Bahwa orang tua memiliki peran penting dalam membentuk keyakinan agama anak-anak mereka. Dalam Islam, mendidik anak sesuai dengan nilai-nilai agama Islam merupakan tanggung jawab utama orang tua.
Lebih jauh Hadis ini menyoroti pentingnya pendidikan agama yang seimbang. Orang tua diharapkan untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama Islam tanpa memaksa atau merendahkan keyakinan agama anak-anak mereka. Pendidikan agama yang baik akan membantu anak-anak memahami nilai-nilai moral dan etika dalam Islam.
Pada sisi lain ini juga memberikan peringatan terhadap bahaya pemaksaan dan fanatisme dalam memilih agama. Orang tua diingatkan untuk tidak memaksa anak-anaknya untuk mengikuti keyakinan agama tertentu. Pemaksaan dapat mengakibatkan ketidaksetujuan dan konflik dalam keluarga, dan ini tidak sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pada kebijaksanaan dan kasih sayang.
Dalam konteks hadis ini, dialog dan pengertian antara anggota keluarga dengan keyakinan agama yang berbeda menjadi sangat penting. Keluarga diharapkan untuk membina hubungan yang kuat, walaupun memiliki keyakinan agama yang berbeda. Ini mencerminkan nilai-nilai toleransi dalam Islam.
Hadis tentang fitrah ini memberikan pandangan mendalam tentang kebebasan beragama dan tanggung jawab orang tua dalam membimbing anak-anak mereka. Dengan menghormati fitrah setiap individu, Islam menegaskan prinsip-prinsip keadilan, toleransi, dan kasih sayang dalam membangun masyarakat yang harmonis. Semua ini menjadi landasan ajaran Islam tentang hidup berdampingan dengan damai di tengah keberagaman.
Fitrah dalam Islam: Pesan dan Tanggung Jawab Orang Tua
Dalam ajaran Islam, konsep fitrah memiliki makna yang mendalam dan memberikan tanggung jawab besar bagi orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Hadis yang terkenal menyatakan, “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani” (HR Bukhari dan Muslim). Hadis ini menggarisbawahi prinsip bahwa manusia secara alami cenderung kepada kebenaran dan kesucian, dan peran orang tua sangat penting dalam membimbing anak-anak mereka menuju jalan yang benar.
Fitrah sebagai Keadaan Alami
Dalam konteks hadis di atas, fitrah mencerminkan keadaan alami atau naluri dasar yang dimiliki setiap individu saat dilahirkan. Ini adalah kebersihan dan kecenderungan menuju kebenaran yang ditanamkan oleh Allah dalam setiap jiwa manusia. Fitrah ini mencakup rasa takut kepada Tuhan, kecintaan kepada keadilan, dan dorongan moral yang mendasar.
Tanggung Jawab Orang Tua
Hadis tersebut mengingatkan orang tua tentang tanggung jawab besar mereka dalam membentuk karakter anak-anak mereka. Orang tua memiliki peran kunci dalam memastikan bahwa lingkungan dan pengajaran yang diberikan kepada anak-anak sesuai dengan fitrah yang suci ini. Menjadi Yahudi, Majusi, atau Nasrani dalam konteks hadis bukan hanya terkait dengan identitas agama, tetapi juga mencerminkan arah moral dan nilai-nilai yang ditanamkan pada anak.
Orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Keteladanan dalam berprilaku, berbicara, dan berinteraksi dengan orang lain akan membentuk pola pikir anak-anak sesuai dengan fitrah yang suci.
Menyediakan pendidikan agama yang seimbang dan benar merupakan langkah penting. Anak-anak perlu memahami nilai-nilai moral, etika, dan prinsip-prinsip keadilan yang diakui dalam ajaran agama.
Orang tua juga harus memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk berpikir dan memilih, sesuai dengan fitrah yang suci. Pemaksaan atau penekanan yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi dan kebingungan pada anak.
Menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan fitrah anak-anak sangat penting. Ini mencakup pemilihan teman sebaya yang positif, kontrol terhadap media yang dikonsumsi, dan pengenalan pada kegiatan yang mendukung perkembangan moral dan spiritual.
Komunikasi yang terbuka dan dialog yang baik antara orang tua dan anak sangat penting. Mendengarkan perasaan dan pertanyaan anak akan membantu memahami perubahan dalam pemikiran mereka dan memberikan panduan yang sesuai.
Kesimpulan
Hadis tentang fitrah mengingatkan kita bahwa setiap anak lahir dengan kecenderungan menuju kebenaran. Oleh karena itu, tanggung jawab orang tua adalah membimbing anak-anak mereka agar tetap terhubung dengan fitrah ini. Dengan memberikan pendidikan agama yang benar, keteladanan, dan lingkungan yang mendukung, orang tua dapat menjalankan peran mereka untuk membentuk karakter anak sesuai dengan fitrah yang suci. Ini bukan hanya tanggung jawab agama, tetapi juga tanggung jawab moral yang mendasar dalam pembentukan generasi penerus yang berakhlak baik.