Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Fiksi

Republik Palsu – Serba Samar-Samar

munira by munira
March 16, 2025
in Fiksi, Opinion
0
Share on FacebookShare on Twitter

Di negeri ini, segala sesuatu bisa dibuat tiruannya. Ada ijazah palsu untuk mereka yang ingin mendadak pintar tanpa belajar. Ada emas palsu yang berkilau di pasar, menipu mata yang tak terlatih. Minyak goreng palsu beredar di dapur-dapur rakyat, mencemari tubuh tanpa mereka sadari. Bahkan bahan bakar yang seharusnya menggerakkan negeri ini, dicampur dengan zat-zat yang mencurangi mesin dan mengikis umur kendaraan.

Di pusat kekuasaan, seorang wakil rakyat bisa saja berdiri tegak di podium, meyakinkan bahwa dirinya punya ilmu dari sekolah yang ternyata tak pernah ada. Seorang pemimpin bisa menyandang gelar doktor cum laude tanpa pernah melewati jerih payah penelitian. Di republik ini, gelar bukanlah tanda pencapaian, melainkan sekadar ornamen yang bisa dibeli dan ditempelkan di nama siapa pun yang berduit.

Sertifikat tanah, hutan, dan laut tak lagi berbicara tentang kepemilikan yang sah, melainkan hasil manipulasi, permainan administrasi yang menguntungkan segelintir orang. Hutan yang dulu rimbun kini ditebangi, tanah rakyat berpindah tangan, dan laut bukan lagi milik nelayan yang bergantung padanya. Semua sudah menjadi bagian dari skenario besar, di mana kepalsuan dipelihara demi kepentingan mereka yang berkuasa.

Di tengah semua itu, lahirlah ustad palsu. Mereka bukan ulama yang membawa kedamaian dan hikmah, melainkan pedagang agama yang menjual ayat demi kepentingan pribadi. Dengan retorika manis, mereka menyesatkan umat, menggadaikan nilai-nilai suci demi ambisi duniawi. Agama yang seharusnya menjadi cahaya malah dikaburkan oleh tipu daya mereka yang berpenampilan saleh, namun berhati busuk.

Republik ini dibangun di atas kepalsuan demi kepalsuan. Rakyat hanya bisa bertanya: di mana kejujuran berada? Apakah masih ada tempat bagi kebenaran di negeri yang segala sesuatunya bisa direkayasa?

Di tengah riuh tepuk tangan para pejabat yang saling memuji, di antara piagam penghargaan yang diberikan tanpa makna, dan di antara pidato-pidato yang penuh janji tanpa realisasi, republik ini berjalan dalam absurditasnya sendiri. Kebenaran menjadi ilusi, kejujuran dianggap kelemahan, dan integritas hanyalah kata hampa yang diucapkan tanpa keyakinan.

Namun, harapan tetap ada. Mungkin tidak dari mereka yang berdiri di menara gading, tetapi dari mereka yang masih percaya bahwa kejujuran bukanlah kemewahan, melainkan keharusan. Republik palsu ini bisa berubah, asalkan masih ada yang berani berkata: cukup sudah.

By Ali Syarief

Share this:

  • Facebook
  • X
ADVERTISEMENT
Previous Post

Ke-Ajaib-an Adalah Buah dari Jerih Payah Yang Tidak Terhitung

Next Post

Di Antara Dua Dunia: Puasa di Negeri Tanpa Tuhan

munira

munira

Related Posts

Agama Tuhan Itu Ringan: Angin yang Menyejukkan Hati

Agama Tuhan Itu Ringan: Angin yang Menyejukkan Hati

by munira
November 3, 2025
0

Agama sering kali terdengar berat. Kita melihatnya melalui kata-kata manusia: larangan yang menumpuk, hukum yang tak terhitung, dan dosa yang...

Saya Pasti Masuk Syurga

Saya Pasti Masuk Syurga

by munira
October 19, 2025
0

Saya ini bukan orang suci, tapi saya yakin seratus persen — bukan hanya yakin, haqul yaqin — saya pasti masuk...

Menapaki Tiga Tempat untuk Memahami Hidup

Menapaki Tiga Tempat untuk Memahami Hidup

by munira
October 13, 2025
0

Untuk benar-benar memahami apa itu hidup, kita harus mengunjungi tiga tempat: rumah sakit, penjara, dan pemakaman. Di rumah sakit, kita...

🌾 Berjalan Pergi Bukanlah Kelemahan — Itu Kebijaksanaan

by munira
October 13, 2025
0

Pagi itu, embun masih menggantung di ujung daun. Langit berwarna abu-abu muda, seolah ragu antara menurunkan hujan atau memberi cahaya....

Next Post
Di Antara Dua Dunia: Puasa di Negeri Tanpa Tuhan

Di Antara Dua Dunia: Puasa di Negeri Tanpa Tuhan

Kenangan yang Abadi: Cinta dan Kebaikan yang Kita Tinggalkan

Kenangan yang Abadi: Cinta dan Kebaikan yang Kita Tinggalkan

Trending News

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

August 24, 2024
Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

July 6, 2024
Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

June 30, 2024

Munira News

Munira
Cakrawala Dunia

Menu

  • About Us
  • ad
  • Home

Categories

  • Arts
  • Business
  • Crime
  • Cross Cultural
  • Destination
  • Education
  • Ekonomi
  • Environment
  • Fashion
  • Figure
  • Fiksi
  • Global
  • Health
  • Japan
  • Justice
  • News
  • Opinion
  • Politic
  • Science
  • Sponsor
  • Spritual
  • Technology
  • Uncategorized

Tags

Flap Barrier Swing Barrier

Recent Posts

  • Bunda Lucia Soetanto
  • Agama Tuhan Itu Ringan: Angin yang Menyejukkan Hati
  • News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor

© 2023 Munira

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Cross Cultural
  • Opinion
  • Politic
  • Global
  • Sponsor
  • Education
  • Fashion

© 2023 Munira