Mengamati dinamika politik menjelang pemungutan suara pada Rabu, 14 Februari 2024, kita dapat meramalkan adanya beberapa kejutan penting:
Kemungkinan Pertama: Kandidat dari pasangan 01 dan 03
Polarisasi pemilih seperti yang terjadi dalam Pilkada DKI kemungkinan akan terulang dalam Pilpres 2024 ini. Kandidat seperti Anies-Muhaimin, yang memiliki basis ideologi dan pendukung militan, berpotensi masuk ke putaran kedua, mirip dengan keberhasilan Anies-Sandi dan Ganjar-Mahfud seperti Ahok-Jarot dalam Pilkada sebelumnya. Sebaliknya, Prabowo-Gibran dan AHY-Silvi terancam mengalami degradasi karena kurangnya basis pemilih yang solid. Perbandingannya seperti kakek yang menikahi anak di bawah umur.
Anies-Muhaimin dapat memanfaatkan pemilih kritis, masyarakat urban, dan dukungan dari kelompok Islam seperti FPI, HTI, dan pendukung Khilafah. Terlebih lagi, mereka memiliki potensi besar dari kalangan Nahdliyin yang menyadari keberadaan Muhaimin sebagai “anak kandung” Aswaja. Ini mirip dengan dinamika Pemilu 1955 dan dapat menjadi momentum rekonsiliasi bagi “poros tengah” seperti kemenangan Gusdur pada tahun 1999.
Ganjar-Mahfud, di sisi lain, dapat memanfaatkan dukungan dari mereka yang mengagumi Soekarno dan tetap setia pada paham politik yang diwariskan oleh Megawati. Dukungan ini juga datang dari kalangan eks-PKI yang lebih nyaman dengan Ganjar daripada Prabowo. Selain itu, kelompok non-Muslim dan keturunan Tionghoa juga mulai bergeser mendukung Ganjar-Mahfud karena dianggap lebih stabil dalam hal kebijakan ekonomi dan bisnis. Karena alasan ini, Ganjar-Mahfud mungkin dapat memenangkan suara dari segmen tersebut.
Kemungkinan Kedua: Pertarungan antara 01 dan 02
Prabowo-Gibran bisa saja masuk ke putaran kedua jika pendukung Prabowo dan Jokowi 2019 bersatu, serta mendapatkan dukungan dari masyarakat miskin yang terpengaruh oleh “gimmick” Jokowi dan Prabowo, serta terpenuhi kebutuhan sehari-hari mereka selama masa kampanye. Selain itu, hasil survei yang menunjukkan elektabilitas tinggi untuk pasangan ini juga dapat mempengaruhi pemilih.
Namun, Ganjar-Mahfud dapat terlempar dari putaran kedua jika kelompok non-Muslim dan keturunan Tionghoa lebih memilih Prabowo-Gibran. Keberhasilan pasangan 02 dan 03 bergantung pada arah dukungan dari segmen plural ini.
Tidak kalah pentingnya adalah dukungan dari mesin dan kader partai yang solid, yang dapat memberikan kontribusi suara yang signifikan bagi pasangan Capres.
Sekarang, kemenangan di putaran pertama sangat tergantung pada siapa yang dapat memberikan rasa aman, stabilitas ekonomi, dan iklim usaha yang sehat kepada pemilih. Anies-Muhaimin tampak memiliki keunggulan dengan partai dan kader yang solid, serta citra yang ramah terhadap pasar dan bisnis, seperti yang terbukti selama kepemimpinan Anies sebagai Gubernur DKI.
Kesimpulannya, kemungkinan besar pasangan Anies-Muhaimin akan lolos ke putaran kedua dibandingkan dengan Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud. Tetapi, kejutan politik bisa saja terjadi, terutama bagi Prabowo-Gibran, yang kurang memiliki basis pendukung fanatik seperti pasangan lainnya. Kita semua menantikan perkembangan politik yang menarik, asalkan Pilpres berlangsung secara jujur dan adil.
Bandung, 13 Februari 2024
Ahmad Adib Zain