Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Opinion

Dialektika Imaginasi Di Presiden Club

munira by munira
May 4, 2024
in Opinion, Politic
0
Share on FacebookShare on Twitter

Setelah Jokowi memulai topiknya yang tidak biasa tentang jajanan, suasana ruangan langsung berubah. Semua presiden tampaknya terlibat dalam percakapan yang semakin menarik.

“Saya selalu suka mencicipi makanan khas setiap daerah yang saya kunjungi,” kata Jokowi dengan antusias. “Ini adalah cara terbaik untuk memahami keberagaman budaya dan cita rasa Indonesia.”

Megawati mengangguk setuju. “Betul sekali, Pak Jokowi. Setiap makanan memiliki cerita tersendiri, cerminan dari kekayaan budaya kita.”

SBY tersenyum sambil menambahkan, “Saya punya banyak kenangan manis tentang makanan selama saya menjabat sebagai presiden. Seperti ketika saya mencoba sate Padang yang pedas di tengah hujan di Sumatera Barat.”

Jokowi tertawa. “Ah, sate Padang! Itu salah satu favorit saya juga. Tapi, ketika saya berkunjung ke Bali, saya tidak bisa melewatkan nasi campur. Rasanya begitu lezat dan menggugah selera.”

“Mengingatkan saya pada saat saya berada di Aceh,” ujar Megawati sambil mengingat-ingat. “Saya tidak bisa melupakan rasa gurih gulai ikan di sana.”

Percakapan tentang makanan terus berlanjut, dengan setiap presiden berbagi pengalaman dan preferensinya masing-masing. Mereka bahkan mulai bertukar resep favorit dan tips untuk menemukan makanan terbaik di seluruh Indonesia.

Tiba-tiba, SBY menyadari sesuatu. “Eh, tapi kita lupa membicarakan bagaimana makanan ini berkaitan dengan ‘Nation and Character Building’ yang disebutkan oleh Ibu Megawati tadi.”

Semua tertawa. “Mungkin kita harus menulis buku baru, ‘Makanan Membangun Karakter Bangsa’,” kata Jokowi sambil berkelakar.

“Makanan memang bisa menjadi simbol persatuan dan keberagaman kita,” tambah Megawati dengan serius. “Setiap suku dan daerah memiliki makanan khasnya sendiri, namun semuanya menjadi bagian dari identitas kita sebagai bangsa Indonesia.”

Dengan semangat baru, para presiden melanjutkan diskusi mereka tentang makanan dan bagaimana hal tersebut memengaruhi pembangunan karakter bangsa. Mereka menyadari bahwa dalam keragaman makanan Indonesia, ada kesempatan untuk memperkuat persatuan dan memperkaya identitas nasional. Dan dari situlah, klub presiden tidak hanya menjadi tempat berdiskusi politik, tetapi juga tempat di mana ide-ide kreatif untuk kemajuan bangsa bisa bermunculan, bahkan dari topik paling tidak terduga sekalipun.

Share this:

  • Facebook
  • X
ADVERTISEMENT
Previous Post

Mengarungi Dunia Kerja Modern: Mahdzab Kreativitas dan Adaptabilitas

Next Post

Memilih Kebaikan: Menciptakan Ripple Effect of Goodness di Dunia yang Penuh Ketidakpastian

munira

munira

Related Posts

Mencintai Tanpa Memiliki, Melepas Tanpa Membenci

Mencintai Tanpa Memiliki, Melepas Tanpa Membenci

by munira
June 16, 2025
0

Oleh: Inong Rev Di dunia yang sibuk mencari kepemilikan, cinta sejati justru lahir dari keikhlasan melepaskan. Kita terbiasa mengukur cinta...

Cinta Itu Datang Sendiri, Kadang Sambil Menyeringai

Cinta Itu Datang Sendiri, Kadang Sambil Menyeringai

by munira
June 16, 2025
0

“Love isn’t something you find. Love is something that finds you.”– Loretta Young Cinta itu, kata orang, mesti dicari. Dicari...

Sunyi Tuhan di Bukit Tengkorak

by munira
June 12, 2025
0

Di tengah malam yang sepi, ketika angin menggigil di balik doa-doa yang tak terjawab, manusia selalu mencari sesuatu yang lebih...

Ragu: Titik Senyap Antara Keputusan dan Penyesalan

Ragu: Titik Senyap Antara Keputusan dan Penyesalan

by munira
June 11, 2025
0

Ada detik-detik dalam hidup yang sunyi, bukan karena hening, melainkan karena kita terlalu lama berdialog dengan diri sendiri. Kita menyebutnya...

Next Post
Memilih Kebaikan: Menciptakan Ripple Effect of Goodness di Dunia yang Penuh Ketidakpastian

Memilih Kebaikan: Menciptakan Ripple Effect of Goodness di Dunia yang Penuh Ketidakpastian

Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia - "Orang yang Beruntung"

Please login to join discussion

Trending News

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

August 24, 2024
Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

July 6, 2024
Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

June 30, 2024

Munira News

Munira
Cakrawala Dunia

Menu

  • About Us
  • ad
  • Home

Categories

  • Arts
  • Business
  • Crime
  • Cross Cultural
  • Destination
  • Education
  • Ekonomi
  • Environment
  • Fashion
  • Figure
  • Fiksi
  • Global
  • Health
  • Japan
  • Justice
  • News
  • Opinion
  • Politic
  • Science
  • Sponsor
  • Spritual
  • Technology
  • Uncategorized

Tags

Flap Barrier Swing Barrier

Recent Posts

  • Mencintai Tanpa Memiliki, Melepas Tanpa Membenci
  • Sesal Itu Datang Saat Hening
  • News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor

© 2023 Munira

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Cross Cultural
  • Opinion
  • Politic
  • Global
  • Sponsor
  • Education
  • Fashion

© 2023 Munira