Jakarta, Fusilatnews.- – Kebijakan makan siang gratis di sekolah, yang semula merupakan upaya penting untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak, kini mengalami perubahan yang menimbulkan kekhawatiran. Awalnya, program ini dikenal sebagai “makan siang gratis,” sebuah konsep yang sederhana namun sangat bermakna. Namun, seiring berjalannya waktu, kebijakan tersebut diubah menjadi “Makan Bergizi (Gratis)” dengan penekanan pada pentingnya kualitas makanan yang disajikan. Tujuannya jelas: tidak hanya memberi makan anak-anak, tetapi juga memastikan bahwa makanan tersebut memenuhi standar gizi yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Perubahan terbaru dalam kebijakan ini menjadi sumber keprihatinan, karena nilai subsidi per anak kini diturunkan menjadi Rp 7.500 per anak per hari. Penurunan ini hampir pasti akan berdampak pada kualitas dan kuantitas makanan yang dapat disediakan. Dengan anggaran yang lebih rendah, sangat mungkin bahwa nilai gizi dari makanan yang disajikan akan menurun. Ini menimbulkan pertanyaan kritis: bagaimana kita bisa mengharapkan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang memadai dengan anggaran yang semakin terbatas?
Penurunan anggaran ini bisa jadi merupakan indikasi masalah keuangan yang lebih luas, mungkin yang disebut sebagai “Joko-effect.” Istilah ini bisa merujuk pada dampak ekonomi dari kebijakan pemerintah saat ini, yang mungkin mengakibatkan keterbatasan dana untuk program-program sosial. Jika memang masalah keuangan menjadi penyebab utama penurunan anggaran untuk makan siang bergizi, ini menandakan adanya prioritas yang mungkin perlu ditinjau ulang.
Mengurangi anggaran untuk program makan siang bergizi bukanlah solusi jangka panjang yang bijaksana. Anak-anak adalah investasi masa depan bangsa, dan memastikan mereka mendapatkan gizi yang cukup adalah salah satu cara paling efektif untuk mendukung mereka. Asupan gizi yang buruk dapat berdampak negatif pada kemampuan belajar, kesehatan, dan produktivitas di masa depan.
Pemerintah perlu segera mengambil langkah untuk memastikan bahwa setiap anak tetap mendapatkan akses ke makanan bergizi, karena gizi yang baik adalah hak setiap anak dan investasi terbaik untuk masa depan bangsa.