Oleh : Ali Syarief
Saya mulai dengan perisitiwa Ordal (Orang Dalam) adalah Ginanjar Kartasasmita, selaku Menko Ekuin, menyampaikan pengunduran dirinya, dengan sejumlah menteri dibawahnya. Adalah serangkaian perisitiwa yang menjadi bagian dari desakan kepada Pak Harto untuk mundur.
Pengunduran diri Ginandjar Kartasasmita pada 17 Februari 1998 tidak secara langsung menandai tergulingnya Soeharto dari kepresidenan. Meskipun peristiwa tersebut terjadi pada masa pemerintahan Soeharto dan di tengah-tengah krisis ekonomi dan protes rakyat yang semakin meningkat, itu hanyalah salah satu dari serangkaian peristiwa yang mengarah pada kejatuhan Soeharto.
Pengunduran diri Ginandjar Kartasasmita sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Keuangan dianggap sebagai respons terhadap tekanan publik dan protes yang menuntut perubahan di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada waktu itu. Namun, Soeharto sendiri terus menghadapi tekanan yang meningkat dari demonstrasi mahasiswa, aktivis, dan masyarakat umum yang menuntut reformasi politik dan ekonomi.
Soeharto akhirnya mengundurkan diri dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998 setelah menghadapi tekanan yang semakin besar, termasuk dari pihak militer dan elite politik. Pengunduran dirinya diikuti oleh pergantian kekuasaan dan era reformasi di Indonesia. Jadi, meskipun pengunduran diri Ginandjar Kartasasmita adalah salah satu peristiwa dalam konteks perubahan politik dan ekonomi saat itu, tergulingnya Soeharto lebih merupakan hasil dari tekanan yang berasal dari berbagai sektor masyarakat dan elit politik yang menuntut perubahan dan reformasi.
Jadi apa yang menyebabkan Pak Harto mundur?
Terdapat beberapa kelompok dan faktor yang berperan dalam menekan Soeharto hingga mengundurkan diri pada tahun 1998. Beberapa kelompok dan faktor utama termasuk:
Pertama adalah, Demonstrasi yang dipimpin oleh mahasiswa dan didukung oleh masyarakat umum menjadi salah satu elemen utama dalam menekan Soeharto. Mahasiswa menyuarakan tuntutan untuk reformasi politik dan ekonomi serta mengkritik korupsi di pemerintahan.
Kedua, Kondisi ekonomi yang memburuk dan krisis moneter pada akhir tahun 1990-an menjadi faktor pendorong bagi ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Soeharto. Masyarakat merasakan dampak negatif krisis tersebut dalam bentuk pengangguran, penurunan daya beli, dan ketidakstabilan ekonomi.
Ketiga, Meskipun Soeharto memiliki dukungan dari Angkatan Bersenjata RI (TNI/POLRI) selama sebagian besar pemerintahannya, akan tetapi tekanan dari beberapa elemen di dalam militer juga ikut berperan dalam pengunduran dirinya. Ada sebagian anggota militer yang tidak setuju dengan cara Soeharto mengatasi krisis dan menangani protes.
Keempat, Beberapa negara dan lembaga internasional memberikan tekanan untuk melakukan reformasi politik dan ekonomi di Indonesia. Terjadinya reformasi regional di Asia pada waktu itu juga mempengaruhi pandangan internasional terhadap kestabilan politik di Indonesia.
Kelima, Beberapa tokoh politik dan ekonomi yang sebelumnya mendukung Soeharto mulai menarik dukungannya karena tekanan masyarakat dan ketidak-puasan terhadap pemerintahannya.
Sejumlah faktor ini bekerja bersama-sama dalam menciptakan tekanan yang cukup besar hingga akhirnya Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Mei 1998.