Daniel Mohammad Rosyid
Keluhan banyak die hard jokowers seperti Gunawan Mohammad, Romo Magnis Susilo, Islah Bahrawi, Ikrar Nusa Bakti, Andi Wijayanto, bahkan para guru besar di kampus2 besar baru2 ini disebabkan oleh satu fakta bahwa iman mereka ini terhadap demokrasi ala AS yg diusung oleh UUD2002 sejak reformasi berbeda dengan pandangan dan sikap Jokowi terhadap demokrasi liberal ini. Sementara 2 alumni UGM Anies dan Ganjar beriman pada demokrasi liberal ini, pak Jokowi justru melihat demokrasi liberal ini simply mbelgedhes.
Sejak reformasi yang diusung oleh kaum liberal yg bersembunyi di FE UI dan FH UGM, kita justru masuk ke dalam jebakan middle income trap yang dipasang kekuatan2 nekolimik Barat.
Sementara SBY takluk menghadapi Barat, Jokowi cerdik menyikapi hal ini secara strategis sekaligus taktis. Hubungannya yg makin dekat dengan China sebagai raksasa ekonomi dan militer punya alasan yg kuat. China tidak intervensionis seperti penilaian Yanis Varoufakis dan syech Imron Husein. Di titik ini, baik Jokowi dan Prabowo memiliki sikap politik yg sama : sosio-nasionalis, bukan komunis.
Para tokoh yg belakangan kecewa itu sangat berpikiran Barat, sementara ummat Islam juga sudah masuk dalam jebakan demokrasi yg ilusif seolah Islam itu compatible dengan demokrasi. Islam tidak pernah menang melalui plebisit. Jokowi dan Prabowo sesungguhnya lebih suka jika HRS tetap berada di Mekkah, tidak kembali ke tanah air. Keduanya tahu, Islam selalu diperalat oleh kekuatan nekolimik Barat melalui radikalisasi dan membenturkannya dengan Pancasila. Islam dijadikan alat untuk memecah belah bangsa ini. Padahal seperti kata Wiliiam Blum demokrasi adalah ekspor AS yang paling mematikan. Juga seperti dikatakan Fahri Hamzah bahwa rancangan Pilpres ini bermasalah karena yang terpilih bukan yang terbaik, tapi yang terpopuler. Menyerahkan pilpres sebagai collective action pada 150 juta pemilih yg kebanyakan rationally ignorant merupakan resep yang buruk bagi rekrutmen presiden, jika sulit disebut dagelan demokrasi. Untuk memilih presiden terbaik lebih baik dilakukan oleh wakil2 terpilih berjumlah sedikit di MPR melalui musyawarah bil hikmah sesuai UUD45.
Baik Jokowi dan Prabowo are not happy dengan UUD2002, namun demi2 cita2 politiknya, Prabowo membangun Gerindra dan masuk ke dalam sistem kemudian malah masuk dalam kabinet Jokowi.
Namun hanya AD/ART Gerindra yang memiliki platform resmi kembali ke UUD45. Baik PKS, PKB maupun Nasdem sangat pro UUD2002 ini. Jokowi seperti juga Anies dan Ganjar memanfaatkan keistimewaan peran partai politik yang dibangun oleh UUD2002. Jokowi jauh lebih cerdik daripada Anies dan Ganjar, apalagi Prabowo. Prabowo ternyata belajar dari Jokowi dan kemudian menyetujui pandangan dan sikapnya. Hilirisasi adalah kebijakan yg banyak ditentang oleh Barat dan akan diteruskan Prabowo. Jika dalam Pilpres 2024 Prabowo kalah lagi, maka selesailan episode “Prabowo : A Tragedy of a Soldier turned Politician”.
Surabaya, 12 Pebruari 2024