Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Fiksi

Bunga di Tembok Tua: Sebuah Renungan tentang Kehidupan

munira by munira
September 4, 2025
in Fiksi, Opinion
0
Share on FacebookShare on Twitter

Ada sebuah pemandangan yang sederhana, namun sarat makna: tembok tua, rapuh, dengan permukaan kasar yang menandakan perjalanan panjang waktu. Di sela-selanya, tumbuh pohon bunga yang merekah, menghadirkan keindahan yang tak terduga.

Tembok tua itu adalah simbol dari kerasnya hidup, luka-luka yang membekas, dan segala keterbatasan yang membelenggu manusia. Ia merepresentasikan masa lalu: cobaan, kejatuhan, dan kelelahan yang mungkin membuat hidup terasa kaku dan tidak bersahabat. Namun, justru di dalam kekasaran dan keretakan itu, kehidupan menemukan jalan. Bunga tumbuh, mekar, dan menolak untuk tunduk pada keadaan yang keras.

Inilah paradoks kehidupan: di tengah kepahitan, masih ada ruang bagi keindahan. Di tengah kehancuran, masih ada kesempatan untuk lahir kembali. Seperti bunga yang mekar di sela-sela batu, manusia pun mampu menghadirkan cahaya di tengah kegelapan, jika ia tidak menyerah pada dinding-dinding nasib.

Kehidupan bukan tentang menghapus tembok kasar itu, melainkan bagaimana kita bisa tetap tumbuh bersamanya. Kita tidak bisa memilih medan hidup, tapi kita bisa memilih cara meresponsnya. Sebagaimana pepatah Jepang mengatakan, “Nana korobi, ya oki” — tujuh kali jatuh, delapan kali bangkit.

Tembok itu mengingatkan bahwa hidup adalah sejarah; bunga itu mengajarkan bahwa sejarah tidak pernah menutup kemungkinan untuk lahirnya harapan.

Seperti kata Rumi:
“The wound is the place where the Light enters you.”
(Luka adalah tempat di mana cahaya masuk ke dalam dirimu.)

Maka, jadilah bunga di tembok tua itu. Meski dunia keras dan penuh luka, tetaplah tumbuh, tetaplah mekar. Sebab, keindahan sejati bukanlah saat kita berada di tanah yang subur, melainkan saat kita bisa hidup di tempat yang paling keras sekalipun, tanpa kehilangan jati diri kita.

Share this:

  • Facebook
  • X
ADVERTISEMENT
Previous Post

Dari Nabi ke Budaya: Mengapa Islam Jadi Berwarna-Warni

Next Post

Delapan Cahaya Nasihat Nabi: Jalan Hidup yang Tak Pernah Redup

munira

munira

Related Posts

Menapaki Tiga Tempat untuk Memahami Hidup

Menapaki Tiga Tempat untuk Memahami Hidup

by munira
October 13, 2025
0

Untuk benar-benar memahami apa itu hidup, kita harus mengunjungi tiga tempat: rumah sakit, penjara, dan pemakaman. Di rumah sakit, kita...

🌾 Berjalan Pergi Bukanlah Kelemahan — Itu Kebijaksanaan

by munira
October 13, 2025
0

Pagi itu, embun masih menggantung di ujung daun. Langit berwarna abu-abu muda, seolah ragu antara menurunkan hujan atau memberi cahaya....

Ketika Emosional Membajak Rasional

Ketika Emosional Membajak Rasional

by munira
October 1, 2025
0

Manusia hidup dalam jejaring kompleks antara pengalaman, pengamatan, dan interaksi sosial. Keyakinan, baik agama maupun ideologi, jarang lahir dalam ruang...

Apakah Manusia Hidup Karena Ruh?

Apakah Manusia Hidup Karena Ruh?

by munira
September 30, 2025
0

Pertanyaan tentang asal-usul kehidupan manusia sering dijawab secara sederhana: “Manusia hidup karena ada ruh.” Jawaban ini seolah-olah final, padahal sesungguhnya...

Next Post
Delapan Cahaya Nasihat Nabi: Jalan Hidup yang Tak Pernah Redup

Delapan Cahaya Nasihat Nabi: Jalan Hidup yang Tak Pernah Redup

Tuhan, Misteri, dan Pertarungan Sesama Manusia

Trending News

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

August 24, 2024
Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

July 6, 2024
Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

June 30, 2024

Munira News

Munira
Cakrawala Dunia

Menu

  • About Us
  • ad
  • Home

Categories

  • Arts
  • Business
  • Crime
  • Cross Cultural
  • Destination
  • Education
  • Ekonomi
  • Environment
  • Fashion
  • Figure
  • Fiksi
  • Global
  • Health
  • Japan
  • Justice
  • News
  • Opinion
  • Politic
  • Science
  • Sponsor
  • Spritual
  • Technology
  • Uncategorized

Tags

Flap Barrier Swing Barrier

Recent Posts

  • Menapaki Tiga Tempat untuk Memahami Hidup
  • 🌾 Berjalan Pergi Bukanlah Kelemahan — Itu Kebijaksanaan
  • News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor

© 2023 Munira

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Cross Cultural
  • Opinion
  • Politic
  • Global
  • Sponsor
  • Education
  • Fashion

© 2023 Munira