Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Fiksi

Asap Dapur yang Padam

munira by munira
February 5, 2025
in Fiksi, Politic
0
Share on FacebookShare on Twitter

Di sudut gang kecil di Ciracas, di sebuah rumah sederhana berdinding kayu, Bu Sari duduk termenung di depan kompor yang dingin. Ia memandang panci berisi nasi setengah matang, sementara kepulan asap yang biasanya menari di dapurnya kini menghilang. Gas melon 3 kg yang selalu ia beli dari warung Ujang di ujung gang, kini tak lagi tersedia.

“Bu, kita makan apa nanti?” tanya Dinda, anaknya yang baru pulang sekolah. Bocah itu meletakkan tas di kursi dan menatap ibunya dengan cemas.

Bu Sari tersenyum tipis, mencoba menenangkan putrinya. “Ibu cari gas dulu, ya.”

Ia mengambil helm dan keluar rumah, menyusuri gang sempit, mendatangi warung Ujang. Namun, harapannya pupus.

“Udah seminggu enggak ada, Bu,” kata Ujang sambil mengangkat kedua tangan. “Pemerintah larang pengecer jual gas. Sekarang harus beli di pangkalan.”

“Pangkalan? Di mana?”

Ujang menghela napas. “Yang terdekat di pasar, tapi sering habis.”

Bu Sari menelan ludah. Pasar jaraknya hampir tiga kilometer dari rumahnya. Ia tak punya kendaraan, dan ojek terlalu mahal untuk sekadar beli gas. Namun, tak ada pilihan lain.

Dengan uang pas-pasan di tangan, ia berjalan ke pasar, berharap masih ada gas tersisa. Setibanya di pangkalan, antrean sudah mengular. Matahari siang menusuk kulit, tapi Bu Sari tetap berdiri, berharap bisa membawa pulang satu tabung gas untuk memasak.

Satu jam berlalu. Dua jam.

“Gasnya habis, Bu!” seru petugas pangkalan.

Kaki Bu Sari lemas. Ia menatap ibu-ibu lain yang juga pulang dengan tangan kosong.

Di rumah, Dinda menunggu dengan perut kosong.

Malam itu, Bu Sari hanya bisa merebus air dan menyeduh mi instan dengan termos. Dinda makan dalam diam, sedangkan Bu Sari menatap dapurnya dengan nanar.

Di tempat lain, para pengambil keputusan sedang duduk di ruangan ber-AC, membahas kebijakan. Mereka berdiskusi tentang angka, regulasi, dan mekanisme distribusi, tanpa mendengar suara rakyat kecil yang antre di bawah terik, yang harus berjalan jauh untuk sekadar mendapatkan api di dapur mereka.

Apakah mereka tahu bagaimana rasanya dapur yang padam? Apakah mereka pernah merasakan anak yang tidur dengan perut keroncongan karena sebuah kebijakan yang dibuat tanpa melihat realitas di lapangan?

Dapur-dapur rakyat tidak butuh teori, mereka butuh solusi.

Share this:

  • Facebook
  • X
ADVERTISEMENT
Previous Post

Pikiran kotor— Bak Tinta Hitam yang Mencemari Air Jernih – Toxicitas Batin

Next Post

EPOS PARA PENGUASA, SOPIR ANGKOT dan ULAT JATI

munira

munira

Related Posts

Apa Itu Dosa Menurut Tuhan, Manusia, dan Agama?

Apa Itu Dosa Menurut Tuhan, Manusia, dan Agama?

by munira
July 12, 2025
0

Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap mendengar istilah "dosa" diucapkan dalam banyak konteks: dari mimbar keagamaan, ruang keluarga, hingga obrolan santai...

Merayakan Ulang Tahun: Antara Doa, Refleksi, dan Pemikiran Sempit

by munira
July 10, 2025
0

Di tengah derasnya arus modernitas, masih ada sebagian kalangan umat Islam yang menolak mentah-mentah perayaan ulang tahun. Bahkan, tak sedikit...

Semua Aktivitasku Diorientasikan untuk Mengantarku ke Titik Sampai

Semua Aktivitasku Diorientasikan untuk Mengantarku ke Titik Sampai

by munira
July 10, 2025
0

Aku percaya, hidup—meski tampaknya bergerak liar, penuh detour, dan gemuruh distraksi—sebetulnya diam-diam taat pada satu garis. Garis itu tak selalu...

Ketika Mekar Menjadi Revolusi yang Lembut

Ketika Mekar Menjadi Revolusi yang Lembut

by munira
July 4, 2025
0

Ada yang tumbuh diam-diam di kebun pagi itu. Sebuah bunga kecil, entah namanya apa, mekar begitu saja. Tak ada yang...

Next Post
EPOS PARA PENGUASA, SOPIR ANGKOT dan ULAT JATI

EPOS PARA PENGUASA, SOPIR ANGKOT dan ULAT JATI

Keberuntungan dalam Bisnis: Antara Takdir, Usaha, dan Kebijaksanaan

Keberuntungan dalam Bisnis: Antara Takdir, Usaha, dan Kebijaksanaan

Trending News

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

August 24, 2024
Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

July 6, 2024
Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

June 30, 2024

Munira News

Munira
Cakrawala Dunia

Menu

  • About Us
  • ad
  • Home

Categories

  • Arts
  • Business
  • Crime
  • Cross Cultural
  • Destination
  • Education
  • Ekonomi
  • Environment
  • Fashion
  • Figure
  • Fiksi
  • Global
  • Health
  • Japan
  • Justice
  • News
  • Opinion
  • Politic
  • Science
  • Sponsor
  • Spritual
  • Technology
  • Uncategorized

Tags

Flap Barrier Swing Barrier

Recent Posts

  • Apa Itu Dosa Menurut Tuhan, Manusia, dan Agama?
  • Merayakan Ulang Tahun: Antara Doa, Refleksi, dan Pemikiran Sempit
  • News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor

© 2023 Munira

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Cross Cultural
  • Opinion
  • Politic
  • Global
  • Sponsor
  • Education
  • Fashion

© 2023 Munira