Dalam konteks demografi, jumlah penduduk suatu negara dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan sosialnya. Meskipun ada berbagai pandangan tentang manfaat dan tantangan yang terkait dengan besarnya jumlah penduduk, nyatanya kondisi demografi menjadi salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pembangunan suatu negara.
Kasus Jepang dan Korea Selatan saat ini memberikan ilustrasi yang jelas tentang dampak menurunnya tingkat kelahiran dan penurunan jumlah penduduk. Fenomena ini telah mengakibatkan meningkatnya usia tua di populasi mereka, menyebabkan kurangnya pekerja produktif yang dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga memberikan tekanan pada sistem pensiun dan layanan kesehatan, mengakibatkan tantangan besar bagi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin tua.
Saat ini, China juga mengalami gejala serupa dengan menurunnya tingkat kelahiran dan pengurangan jumlah penduduk. Masalah sosial seperti beban finansial yang tinggi dan perubahan pola hidup yang modern telah menyebabkan banyak pasangan enggan untuk memiliki anak. Dampaknya tidak hanya terasa dalam aspek demografi, tetapi juga dalam perkembangan ekonomi dan sosial negara tersebut. Kurangnya tenaga kerja produktif dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan inovasi, serta menyebabkan ketidakseimbangan dalam struktur demografi yang dapat mengganggu stabilitas sosial.
Di sisi lain, Indonesia memiliki tantangan yang berbeda terkait dengan jumlah penduduk yang melimpah. Meskipun pertumbuhan penduduk yang cepat dapat dianggap sebagai sumber daya manusia yang berpotensi, namun jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat menjadi beban bagi negara. Tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan, bersama dengan masalah kesejahteraan sosial seperti stunting, menunjukkan bahwa ada tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Namun, dengan populasi yang besar juga datang potensi untuk pertumbuhan ekonomi yang kuat jika sumber daya manusia dimanfaatkan secara efektif. Pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui investasi dalam pendidikan dan pelatihan, serta menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak. Selain itu, pengelolaan populasi yang efektif juga dapat mengurangi tekanan pada sumber daya alam dan lingkungan.
Secara keseluruhan, besarnya jumlah penduduk dapat menjadi aset yang berharga bagi suatu negara jika dikelola dengan baik. Namun, tantangan terkait dengan demografi juga harus diatasi dengan kebijakan yang bijaksana dan strategi pembangunan yang berkelanjutan untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.
Jumlah penduduk tinggi dengan mayoritas usia produktif menjadi bonus demografi ASEAN bisa mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi episentrum dunia.
Melansir data ASEAN Statistical Yearbook 2022 menunjukkan data sepanjang 2021, jumlah populasi negara-negara yang tergabung ke dalam ASEAN mencapai 663,9 juta jiwa. Jumlah ini menempati posisi ketiga terbesar di seluruh dunia.
Berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF), proyeksi jumlah penduduk di Asia Tenggara pada 2023 akan mencapai 679,69 juta jiwa atau setara 8,09% dari total penduduk dunia.
Indonesia menjadi negara terbesar di ASEAN pada 2023 dengan jumlah penduduk mencapai 40,8% atau setara 277,43 juta jiwa. Kemudian Filipina dengan jumlah penduduk mencapai 112,89 jiwa. Pada posisi ketiga dan keempat ada Vietnam dan Thailand dengan jumlah penduduk masing-masing 100,35 juta jiwa dan 70,18 juta jiwa. Kelima ditempati Myanmar dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai 54,21 juta jiwa pada 2023.