Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Opinion

Nelson Mandela Membangun Afrika dengan Kata Maaf – Jokowi Menghancurkan Indonesia dengan Kata Ma’af

munira by munira
August 3, 2024
in Opinion, Politic
0
Share on FacebookShare on Twitter

Dalam sejarah dunia, Nelson Mandela dikenal sebagai simbol kekuatan kata “maaf” yang mampu membangun kembali Afrika Selatan dari reruntuhan apartheid. Setelah menghabiskan 27 tahun di penjara, Mandela memilih untuk memaafkan para penindasnya dan merangkul mereka dalam semangat rekonsiliasi. Kata “maaf” yang diucapkannya bukan sekadar ungkapan biasa, melainkan manifestasi dari keberanian, kemuliaan hati, dan tekad untuk menyatukan bangsa yang terpecah belah. Berkat sikap ini, Mandela berhasil menciptakan fondasi perdamaian dan kerjasama di Afrika Selatan.

Sebaliknya, di Indonesia, kata “maaf” yang diucapkan oleh Presiden Jokowi justru membawa kontroversi dan kekecewaan. Baru-baru ini, dalam acara Zikir dan Doa Kebangsaan di halaman depan Istana Merdeka, Jokowi menyampaikan permintaan maaf kepada publik. Namun, alih-alih membawa pengampunan dan harapan, permintaan maaf tersebut justru memperpanjang daftar ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahannya.

Permintaan maaf Jokowi dianggap oleh banyak pihak sebagai pengakuan atas berbagai janji dan program yang tidak terealisasi. Banyak yang meragukan ketulusan dari kata “maaf” tersebut, mengingat masih banyak janji kampanye yang belum terpenuhi. Misalnya, janji untuk memperbaiki sektor hukum, ekonomi, dan infrastruktur yang masih jauh dari harapan masyarakat.

Selain itu, Jokowi diharapkan lebih fokus pada penegakan hukum yang transparan dan adil. Beberapa kasus hukum besar yang melibatkan pejabat tinggi dan anggota keluarganya masih belum terselesaikan dengan jelas. Kasus-kasus ini, jika tidak ditangani dengan serius, dapat semakin merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Sebagai pemimpin, kata “maaf” seharusnya menjadi awal dari perubahan nyata, bukan sekadar kata-kata tanpa tindakan. Mandela membuktikan bahwa kata “maaf” dapat menjadi alat yang kuat untuk membangun bangsa dan memperkuat persatuan. Namun, di tangan Jokowi, kata “maaf” justru menjadi simbol dari kegagalan untuk memenuhi janji-janji dan tanggung jawab sebagai pemimpin bangsa.

Dengan demikian, perbedaan penggunaan kata “maaf” oleh dua pemimpin ini menjadi cermin dari keberhasilan dan kegagalan dalam memimpin. Mandela menggunakan “maaf” untuk menyembuhkan luka dan membangun masa depan, sementara Jokowi, dengan segala kontroversi dan janji yang belum terpenuhi, menjadikan “maaf” sebagai pengingat akan ekspektasi yang belum terpenuhi dan harapan yang masih tergantung.

Share this:

  • Facebook
  • X
ADVERTISEMENT
Previous Post

World Cosplay Summit Dimulai di Nagoya

Next Post

Kunci Sukses dalam Segala Usaha adalah Disiplin – Lalu Apa Itu Disiplin?-

munira

munira

Related Posts

Berpisah dari Tuhan: Generasi Baru, Keyakinan Baru

Berpisah dari Tuhan: Generasi Baru, Keyakinan Baru

by munira
May 17, 2025
0

Di banyak negara, tempat ibadah tak lagi sesak oleh suara-suara muda. Barisan bangku kosong di gereja, kuil, atau vihara menjadi...

Saat Senja Menyapa: Nasehat untuk Usia Senja

Cinta yang Tak Masuk Kitab Fikih

by munira
May 17, 2025
0

Apakah Rasulullah Saw. ketika menikah dengan Siti Khadijah menggunakan rukun nikah seperti yang kita kenal hari ini? Tentu saja. Tapi...

Ketika Kecerdasan Berbunga: Antara Kewajiban, Kenikmatan, dan Kejernihan Jiwa

by munira
May 5, 2025
0

Sebagian besar manusia hidup dalam pola yang membelenggu. Mereka terperangkap dalam keharusan, dalam tugas, dalam rutinitas yang tidak dipilih, tidak...

Jeruk, Estetika, dan Mentalitas Bangsa

Jeruk, Estetika, dan Mentalitas Bangsa

by munira
May 3, 2025
0

"Ini walau kulitnya seperti ini, isinya manis, enak, Bu," kata seorang pedagang jeruk di pasar tradisional Indonesia. Kalimat itu sederhana,...

Next Post
Kunci Sukses dalam Segala Usaha adalah Disiplin – Lalu Apa Itu Disiplin?-

Kunci Sukses dalam Segala Usaha adalah Disiplin - Lalu Apa Itu Disiplin?-

Pria Ditangkap Karena Berusaha Menanggalkan Celana Dalam Wanita di Kereta

Pria Ditangkap Karena Berusaha Menanggalkan Celana Dalam Wanita di Kereta

Please login to join discussion

Trending News

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

August 24, 2024
Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

July 6, 2024
Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

June 30, 2024

Munira News

Munira
Cakrawala Dunia

Menu

  • About Us
  • ad
  • Home

Categories

  • Arts
  • Business
  • Crime
  • Cross Cultural
  • Destination
  • Education
  • Ekonomi
  • Environment
  • Fashion
  • Figure
  • Fiksi
  • Global
  • Health
  • Japan
  • Justice
  • News
  • Opinion
  • Politic
  • Science
  • Sponsor
  • Spritual
  • Technology
  • Uncategorized

Tags

Flap Barrier Swing Barrier

Recent Posts

  • Berpisah dari Tuhan: Generasi Baru, Keyakinan Baru
  • Cinta yang Tak Masuk Kitab Fikih
  • News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor

© 2023 Munira

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Cross Cultural
  • Opinion
  • Politic
  • Global
  • Sponsor
  • Education
  • Fashion

© 2023 Munira