Oleh : DR. Ateng Kusnandar Adisaputra
Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, serta Dosen di Universitasi Al Ghifari Bandung.
DALAM tulisan kali ini akan diawali dengan kisah Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya.
Beginilah kisahnya, “Dahulu kala Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya dalam perjalanan panjang ke suatu daerah. Sebelum berangkat, Iskandar Zulkarnain berpesan kepada pasukannya : Dalam perjalanan nanti malam, kita akan melintasi sungai dalam kegelapan. Ambilah apapun yang terinjak yang ada di dalam sungai itu”.
Ketika malam gelap tiba dan pasukan Iskandar Zulkarnain pun melintasi sungai. Ada 3 kelompok prajurit dalam menyikapi titah sang Raja. Kelompok PERTAMA, tidak mengambil apapun yang terinjak di sungai karena yakin itu hanya batu. Kelompok KEDUA, mengambil sekadarnya dari apa yang terinjak di sungai, sekedar mengikuti perintah Raja saja. Kelompok yang KETIGA, mengambil sebanyak-banyak yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh, sampai merasa lelah meneruskan perjalanan karena penuhnya bawaan di tasnya.
Setelah melanjutkan perjalanan dan tiba pagi hari, Iskandar Zulkarnain bertanya kepada pasukannya, apa yang kalian dapatkan semalam? Ketika para prajurit memeriksa tasnya, mereka terkejut ! ternyata isinya intan berlian.
Prajurit yang tidak mengambil apa-apa sangat menyesal. Prajurit yang mengambil ala kadarnya saja ada perasaan senang bercampur penyesalan juga. Prajurit yang sungguh-sungguh mengambil, sangat bahagia karena mendapatkan berlian yang cukup banyak.
Dari kisah di atas, bisa kita lihat di satu pihak menggambarkan ada perintah yang disampaikan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya, di lain pihak ada yang harus dilaksanakan dan dikerjakan oleh bawahan sesuai perintah pimpinannya. Sifat dan karakter dari prajurit Iskandar Zulkarnain ada yang cuek, dan penurut, hal ini bisa terjadi di era disrupsi sekarang ini.
Makna Perintah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), 5 arti kata perintah, yaitu : aturan dari pihak atas yang harus dilakukan, perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu, suruhan, aba-aba, dan komando. Kesimpulan dari kata perintah adalah adanya aturan dari pihak atas yang harus dilakukan oleh seorang bawahan.
Di lingkungan organisasi/perusahaan, berkaitan dengan perintah dari pimpinan/manajer atau atasan kepada bawahan sudah biasa dilakukan, baik berupa perintah lisan maupun perintah melalui surat perintah resmi yang ditandatangani oleh pimpinan/manajer yang diberi kewenangan untuk menandatangani surat perintah tersebut.
Surat perintah merupakan bagian dari tata nakah dinas yang pengaturannya telah disiapkan oleh organisasi/perusahaan yang ditetapkan berdasarkan peraturan pimpinan/manajer. Surat perintah adalah surat yang dibuat untuk memberikan perintah secara tertulis kepada pihak tertentu atau kepada beberapa orang, untuk melakukan sesuatu hal atau pekerjaan sesuai penugasan.
Makna perintah bagi pimpinan/manajer, hal ini merupakan bentuk amanah yang dibebankan kepadanya sesuai dengan jabatannya. Melalui kewenangannya, seorang pimpinan/manajer akan memberikan perintah secara bijaksana kepada bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kadar kemampuan, keahlian, dan kompetensinya.
Pancaran dan ekspresi pimpinan/manajer yang bijaksana akan dirasakan oleh bawahan sebagai suatu yang menyejukan dan menyenangkan. Bawahan yang menerima perintah dari pimpinan/manajer yang bijaksana akan berupaya mengerjakan perintah dengan sepenuh hati dan dengan penuh tanggungjawab, pekerjaan diselesaikan sampai tuntas sesuai dengan target kinerja.
Makna lainnya dari perintah, melalui perintah yang sudah dibuatnya, seorang pimpinan/manajer bisa melakukan monitoring dan evaluasi kepada bawahannya, sampai sejauhmana perintahnya sudah dilakukan oleh bawahannya ?, apakah ada kendala dan permasalahan yang dihadapi di lapangan?. Hal tersebut bisa dibahas melalui komunikasi dua arah antara pimpinan/manajer dengan bawahan, sehingga permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan perintah penugasan bisa diselesaikan dengan optimal.
Hal yang perlu dihindari oleh seorang pimpinan/manajer adalah menganggap kekuasaan dan wewenang yang dimilikinya untuk membuat perintah dimanfaatkan untuk hal yang negatif, seperti : membuat perintah yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan etika organisasi/perusahaan, mengintimidasi bawahan supaya mengerjakan pekerjaan diluar batas kewenangannya, kepada bawahan yang lalai melaksanakan perintah diberikan hukuman disiplin yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Makna perintah dari perspektif pegawai/karyawan, cara pandang dan tanggapan sebagai bawahan mungkin akan berbeda-beda, hal ini bisa dilatar belakangi oleh pendidikan, kompetensi, dan pengalaman selama menjadi pegawai/karyawan.
Bisa jadi seorang pegawai/karyawan memandang suatu perintah merupakan sebagai paksaan, tekanan, dan bahkan beban yang memberatkan, karena mungkin ia tidak siap menerima perintah tersebut, disebabkan terkait dengan kurangnya kompetensi yang dikuasai untuk melaksanakan perintah dari pimpinannya.
Seorang pegawai/karyawan bisa memandang perintah yang diberikan kepadanya merupakan suatu yang menyenangkan, dan juga tantangan dari pimpinan/manajernya. Makanya, sebagai seorang bawahan pegawai/karyawan tersebut akan mendayagunakan seluruh kemampuan, keterampilannya untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab, dan disiplin, karena ini merupakan panggilan jiwanya. Dalam jiwanya tertanam motif “practise makes perfect” (latihan akan melahirkan kesempurnaan), semakin banyak penugasan yang ia terima akan semakin meningkatkan kompetensinya.
Pegawai/karyawan yang sudah terbiasa atau sering menerima perintah dari pimpinan/manajernya, maka akan memiliki motto “habit is power” (kebiasaan adalah kekuatan), yang pada akhirnya akan melahirkan pegawai/karyawan yang : kreatif, kompeten, dan inovatif.
Semoga (*).