Telingamu ibarat pena, menulis cerita di dalam pikiran, dari setiap suara yang kau biarkan masuk.
Setiap bisikan, setiap kata, menjadi tinta yang mewarnai pola pikirmu, membentuk siapa dirimu esok hari. Apa yang kau dengarkan hari ini adalah benih yang akan tumbuh menjadi pohon kenyataan di masa depan.
Dengarkanlah dengan bijak.
Suara kebijaksanaan adalah lentera, menerangi jalan menuju kedamaian.
Doa adalah alunan lembut yang menyembuhkan, membimbing jiwa menuju cinta-Nya.
Namun, suara beracun hanya akan meracuni jiwa, menjeratmu dalam lingkaran gelap yang menghalangi cahaya.
Pilihlah kata-kata yang menghidupkan, yang membangun, dan yang menumbuhkan harapan.
Biarkan telingamu menjadi gerbang yang selektif, menutup rapat suara kebencian, kemarahan, dan kepalsuan.
Karena ide yang kau izinkan masuk, dengan waktu, akan menjelma menjadi tindakan yang membentuk nasib.
Ingatlah, tindakan berasal dari kata-kata, dan kata-kata lahir dari pikiran yang ditaburi benih pendengaran.
Apa yang kita dengar, lihat, rasa, dan sentuh akan mengalir ke dalam pikiran,
Lalu melahirkan pikiran yang diam-diam menguasai kata dan gerak.
Karena itu, berhati-hatilah dengan setiap hal yang kau izinkan menyentuh indramu.
Jagalah telingamu seperti rahim, tempat kehidupan bermula.
Rahim melindungi, merawat, dan menyiapkan kelahiran sebuah masa depan.
Begitu pula pendengaranmu, ia melahirkan gagasan, yang kelak membangun atau menghancurkanmu.
Hiduplah dengan telinga yang peka terhadap kebijaksanaan,
Hati yang terbuka kepada rahmat-Nya, dan jiwa yang selektif terhadap suara dunia.
Karena apa yang kau dengarkan hari ini adalah penentu takdirmu esok hari.