Belakangan ini, pernyataan yang dikisahkan ulang oleh Rhoma Irama tentang seorang habib yang mengatakan berdasarkan ceramah yang ia dengar, sang habib berlogat Betawi dan menyebut keturunan Nabi sudah pasti ahli surga. “Ini habib Betawi nih, dia itu keturunan nabi, jangan disakiti, jangan diomelin, biarin aja, dia itu ahli surga, gitu kan?” terangnya. Pernyataan ini telah menjadi viral dan menuai banyak perhatian publik. Ucapan ini menimbulkan banyak kritik karena bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan dan ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW, dalam sebuah hadits yang terkenal, pernah bersabda, “Jika anakku mencuri, akan kupotong tangannya oleh aku sendiri.” Ucapan ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menekankan keadilan tanpa pandang bulu, bahkan terhadap keluarganya sendiri. Prinsip ini menegaskan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas perbuatannya, terlepas dari garis keturunannya.
Pernyataan yang dikisahkan oleh Rhoma Irama tersebut seolah-olah memberikan kekebalan kepada seseorang hanya karena ia keturunan nabi, yang jelas bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Dalam Islam, setiap manusia dinilai berdasarkan amal perbuatannya, bukan berdasarkan keturunan atau status sosialnya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13).
Klaim bahwa keturunan nabi memiliki kekebalan dosa adalah ilusi yang menyesatkan. Ia menciptakan jurang ketidakadilan, menebar benih perpecahan di antara umat. Di hadapan Allah, semua manusia sama. Tak ada istimewa, tak ada kekebalan dari dosa hanya karena garis keturunan. Setiap tindakan, setiap amal, menjadi penentu di akhirat kelak.
Dalam dunia yang penuh dengan godaan, kita harus kembali pada inti ajaran, pada cerminan Rasulullah SAW. Mereka yang mengaku dekat dengan nabi seharusnya menjadi teladan, menunjukkan jalan lurus melalui kebaikan dan ketakwaan. Bukan menyebar klaim kesucian yang melunturkan keadilan.
Masyarakat harus diajak memahami, bahwa yang terpenting adalah amal dan ketaatan. Bahwa surga bukan warisan yang bisa diturunkan, tapi hadiah yang harus diperjuangkan. Melalui doa dan usaha, melalui amal yang tulus, kita mengukir jalan menuju ridha-Nya.
Kepada mereka yang terhanyut dalam klaim tak beralasan, ingatlah sabda nabi, dan kembalilah pada jalan keadilan. Kita adalah sama, berdiri di bawah langit yang sama, menghadap kepada Allah yang sama. Biarlah keadilan menjadi cahaya dalam kegelapan, membimbing langkah kita menuju kebenaran.
**Referensi Berita:**
Kritik Terhadap Pernyataan Habib: Membedah Klaim Kesucian Berdasarkan Keturunan