Suasana malam yang penuh ketenangan. Dua sosok besar dalam sejarah agama, Yesus dan Nabi Muhammad, duduk berdampingan di bawah langit yang dihiasi bintang-bintang. Yesus memegang gelas wine, sementara Nabi Muhammad memegang secangkir susu. Mereka memandang dunia dengan penuh perenungan.
Yesus: (Menatap gelas wine-nya dengan lembut)
Cinta, wahai sahabatku, adalah penderitaan yang kita terima dengan ikhlas. Aku datang untuk mengajarkan bahwa cinta itu tidak hanya hadir dalam kebahagiaan, tetapi juga dalam penderitaan yang murni. Dalam penderitaan itu ada pengorbanan, dan dalam pengorbanan itu, ada kedamaian.
Nabi Muhammad: (Sambil mengangkat secangkir susu dengan penuh ketenangan)
Cinta itu memberi tanpa pamrih. Tanpa mengharapkan balasan, tanpa syarat. Cinta itu adalah perhatian tanpa batas kepada sesama, tanpa melihat siapa mereka, tanpa menilai, hanya memberi yang terbaik. Seperti susu ini, penuh kesegaran dan kelembutan. Cinta yang mengalir dari Allah, untuk sesama hamba-Nya.
Yesus: (Sambil meneguk wine-nya dan menatap jauh ke langit)
Apakah kau pikir mereka akan mengerti, sahabatku? Dunia ini, penuh dengan kebingungan dan ketakutan, sering kali tak mengenal cinta yang sejati. Aku datang membawa pesan kasih, namun yang kuperoleh adalah kebencian. Apakah mereka akan memahami bahwa cinta yang sejati itu bukan untuk dikendalikan atau dimiliki, tetapi untuk dibagikan kepada semua orang, bahkan kepada mereka yang menghinaku?
Nabi Muhammad: (Menunduk sebentar, merenung)
Aku melihat dunia ini juga penuh tantangan. Cinta yang sejati sering kali dilupakan, digantikan dengan kepentingan duniawi dan nafsu kekuasaan. Mereka akan datang, yang mencari kebenaran dalam cinta, tapi tak bisa dihindari, banyak yang akan menyimpang. Banyak yang akan mengubah pesan-pesan ini, menjadikannya alat untuk kekuasaan dan keuntungan pribadi.
Yesus: (Menghela napas, menatap Nabi Muhammad dengan penuh keprihatinan)
Dan aku, sahabatku, sering kali merasa perih. Ajaranku disalahartikan. Mereka mengaku mengikuti jalan kasih, tapi di balik itu tersembunyi kebencian dan perpecahan. Bagaimana mungkin cinta yang murni bisa dijadikan sumber kebencian? Bagaimana bisa mereka yang mengaku umatku, berperang dan saling menghancurkan atas nama cinta?
Nabi Muhammad: (Sambil memegang cangkir susu, suara penuh kebijaksanaan)
Aku pun merasakannya. Ajaranku yang datang untuk menegakkan keadilan dan kasih sayang, sering kali diselewengkan. Mereka menganggap bahwa cinta itu hanya untuk yang seagama, sementara yang lain dianggap musuh. Mereka lupa bahwa cinta itu universal, untuk semua ciptaan Tuhan. Bagaimana bisa mereka melupakan bahwa Tuhan adalah Tuhan bagi semua umat, bukan hanya segelintir orang?
Yesus: (Memandang jauh, seolah melihat dunia yang kacau di bawahnya)
Mereka yang datang setelah kita, apakah mereka akan menemukan jalan yang benar? Cinta yang sejati, yang tanpa batas, yang menerima segala kekurangan dan kelebihan manusia? Ataukah mereka akan terus menggali lubang kebencian dan kekerasan, hanya karena mereka tak memahami esensi dari ajaran yang kami bawa?
Nabi Muhammad: (Menatap Yesus dengan tatapan penuh harapan)
Aku percaya, sahabatku, bahwa masih ada mereka yang akan menemukan jalan itu. Mereka yang mencari cinta yang sejati, yang akan memahami bahwa kasih sayang itu bukan hanya untuk mereka yang serupa, tetapi untuk semua makhluk. Meskipun banyak yang menyimpang, aku percaya cinta yang murni itu akan menemukan jalannya kembali. Karena cinta sejati, meskipun terdistorsi dan tercemar, tidak akan pernah padam.
Yesus: (Mengangkat gelas wine-nya dengan pelan, matanya bercahaya lembut)
Mungkin dunia belum siap untuk cinta yang murni, namun kita berharap. Kita berharap agar cinta itu tetap hidup dalam hati-hati yang tulus, dalam jiwa yang mencari kebenaran. Meski ajaran kami diselewengkan, cinta tetap ada, selalu ada, bahkan ketika dunia membutakan diri.
Nabi Muhammad: (Mengangkat secangkir susu dengan penuh rasa syukur)
Semoga, sahabatku, mereka yang akan datang tidak hanya mengenal cinta sebagai kata-kata, tetapi sebagai tindakan nyata dalam kehidupan. Semoga mereka menghidupkan ajaran ini dengan penuh pengorbanan, seperti susu yang memberi kekuatan dan kehangatan bagi tubuh, memberikan rasa damai bagi jiwa, bukan menambah rasa pahit di hati.
Yesus: (Senyum lembut, penuh pengertian)
Seperti ini, ya? Cinta yang lembut, meskipun dunia sering kali mengubahnya menjadi keras. Tapi kita tahu, pada akhirnya, cinta yang sejati akan menemukan jalannya. Dan kita akan selalu ada, dalam setiap jiwa yang mencari kedamaian.
Dengan perlahan, mereka saling menatap, dua sosok yang membawa pesan cinta sejati kepada dunia, meski dunia sering kali gagal memahaminya. Di dalam ketenangan malam yang abadi, cinta mereka tetap hidup—selalu menemukan jalannya kembali, meskipun terdistorsi oleh waktu dan nafsu manusia.