Penegakan hukum yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga keadilan sering kali tercoreng oleh ulah oknum polisi yang tidak bertanggung jawab. Dua peristiwa yang mencolok adalah pembunuhan Vina di Cirebon dan Afif Maulana di Padang. Kedua kasus ini menggambarkan betapa ulah segelintir oknum polisi dapat merusak kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum.
Kasus Pembunuhan Vina di Cirebon
Kasus pembunuhan Vina di Cirebon pada tahun 2016 menghebohkan masyarakat, terutama setelah film layar lebar yang mengangkat peristiwa ini dirilis pada tahun 2024. Vina ditemukan tewas dengan tanda-tanda kekerasan yang jelas, namun penanganan kasus ini oleh pihak kepolisian justru menimbulkan banyak pertanyaan dan kecurigaan.
Dalam penyelidikan awal, polisi tampak terburu-buru menangkap Pegi sebagai tersangka utama, meskipun banyak bukti yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan kronologi kejadian. Pegi kemudian mengajukan pra-peradilan, menuduh adanya rekayasa dalam penetapan dirinya sebagai tersangka. Tuduhan ini mendapat dukungan luas dari masyarakat yang melihat banyaknya kejanggalan dalam proses penyidikan.
Beberapa saksi kunci yang seharusnya dapat memberikan keterangan yang memperjelas kasus ini justru tidak dihadirkan. Selain itu, laporan forensik yang seharusnya menjadi bukti kuat malah tidak ditindaklanjuti dengan benar. Keberadaan oknum polisi yang diduga terlibat dalam mengarahkan kasus ini ke arah yang salah semakin memperkuat kecurigaan adanya permainan kotor dalam penyidikan.
Kasus Pembunuhan Afif Maulana di Padang
Kasus Afif Maulana di Padang tidak kalah tragis. Afif ditemukan tewas dengan luka-luka yang mencurigakan, namun penanganan kasus ini oleh kepolisian setempat juga menimbulkan banyak tanda tanya. Seperti dalam kasus Vina, proses penyidikan terlihat tidak transparan dan penuh dengan kejanggalan.
Keluarga Afif menuduh polisi tidak serius dalam menangani kasus ini dan cenderung mengabaikan bukti-bukti yang ada. Mereka merasa ada upaya untuk menutup-nutupi pelaku sebenarnya dan mengalihkan perhatian publik dengan menuduh pihak yang tidak bersalah. Hal ini menciptakan kesan bahwa ada oknum polisi yang berusaha melindungi pelaku dengan menggunakan kekuasaannya untuk memanipulasi proses hukum.
Dampak Terhadap Kepercayaan Publik
Dua kasus ini mencerminkan betapa buruknya dampak ulah oknum polisi dalam penegakan hukum. Kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian tergerus, dan masyarakat semakin skeptis terhadap kemampuan polisi dalam menegakkan keadilan. Kejadian-kejadian seperti ini menimbulkan trauma dan rasa tidak aman di kalangan masyarakat, yang seharusnya dapat mengandalkan polisi sebagai pelindung dan pengayom.
Selain itu, kasus-kasus ini juga menyoroti pentingnya reformasi di tubuh kepolisian. Penegakan hukum yang adil dan transparan hanya dapat terwujud jika ada komitmen kuat dari seluruh aparat kepolisian untuk menjunjung tinggi integritas dan profesionalisme. Perlu ada mekanisme pengawasan yang lebih ketat dan independen untuk memastikan setiap anggota polisi bertindak sesuai dengan aturan dan etika yang berlaku.
Kesimpulan
Peristiwa pembunuhan Vina di Cirebon dan Afif Maulana di Padang menjadi cerminan buruknya ulah oknum polisi dalam penegakan hukum. Kejanggalan dalam proses penyidikan dan upaya menutupi kebenaran hanya akan merusak kepercayaan publik dan memperburuk citra kepolisian. Diperlukan langkah-langkah serius dan sistematis untuk memperbaiki kondisi ini, termasuk reformasi institusi dan pengawasan yang lebih ketat terhadap tindakan aparat kepolisian. Hanya dengan demikian, penegakan hukum yang adil dan transparan dapat terwujud, dan masyarakat dapat kembali percaya kepada polisi sebagai penjaga keadilan dan keamanan.