By Ali Syarief
Ali Mochtar Ngabalin, seorang politikus Partai Golkar yang menjabat sebagai staf ahli kepresidenan, telah menjadi figur kontroversial dalam panggung politik Indonesia. Meskipun dikenal sebagai sosok yang tampil all-out membela Jokowi dan rezimnya, namun kenyataannya, popularitas dan kesuksesannya sebagai pejabat publik jauh dari ekspektasi.
Dalam perjalanan politiknya, Ali Mochtar Ngabalin telah menunjukkan loyalitasnya yang kuat terhadap Jokowi dan pemerintahannya. Sejak direkrut sebagai tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden (KSP) pada 23 Mei 2018, Ngabalin telah menjadi salah satu benteng terdepan dalam membela kebijakan dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah.
Namun, popularitas dan kesuksesan Ngabalin sebagai politikus terlihat berbeda ketika ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI pada Pemilu 2024. Dengan maju dari daerah pemilihan Sulawesi Tenggara sebagai caleg Partai Golkar, Ngabalin hanya mampu mengantongi 7.001 suara, sebuah angka yang jauh dari harapan. Hasil tersebut membuatnya gagal lolos ke Senayan.
Partai Golkar sendiri hanya mendapatkan satu dari enam kursi yang tersedia di Sulawesi Tenggara, dan kursi tersebut menjadi hak caleg petahana Ridwan Bae. Meskipun sebelumnya Ngabalin mengajukan cuti dari KSP selama masa kampanye, namun dukungan yang ia terima dari pemilih sangat minim.
Sebelum bergabung dengan pemerintahan, Ngabalin dikenal sebagai sosok yang keras dalam mengkritik pemerintahan Jokowi. Sebagai Direktur Politik Tim pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014, Ngabalin pernah menyindir kebijakan Jokowi dan bahkan turut serta dalam aksi demonstrasi seperti aksi 212 dan 411.
Namun, setelah menjadi bagian dari pemerintahan, Ngabalin berubah menjadi pembela setia Jokowi. Dia selalu siap untuk mempertahankan pemerintah dari berbagai kritik, terutama dari kalangan yang berseberangan.
Meskipun begitu, hasil yang didapat Ngabalin dalam Pemilu 2024 menunjukkan bahwa popularitasnya sebagai politikus tidak sehebat yang ia tunjukkan sebagai pejabat publik. Keberhasilan dalam meraih dukungan dari pemilih menjadi tanda tanya besar bagi masa depan politiknya.
Ali Mochtar Ngabalin mungkin merupakan contoh nyata bahwa dalam politik, popularitas dan kesuksesan tidak selalu sejalan dengan penampilan di publik. Meskipun telah menjadi bagian dari istana kekuasaan, namun kenyataannya, hasil dalam arena politik yang sesungguhnya masih menjadi tanda tanya besar bagi dirinya.