Setelah Jokowi memulai topiknya yang tidak biasa tentang jajanan, suasana ruangan langsung berubah. Semua presiden tampaknya terlibat dalam percakapan yang semakin menarik.
“Saya selalu suka mencicipi makanan khas setiap daerah yang saya kunjungi,” kata Jokowi dengan antusias. “Ini adalah cara terbaik untuk memahami keberagaman budaya dan cita rasa Indonesia.”
Megawati mengangguk setuju. “Betul sekali, Pak Jokowi. Setiap makanan memiliki cerita tersendiri, cerminan dari kekayaan budaya kita.”
SBY tersenyum sambil menambahkan, “Saya punya banyak kenangan manis tentang makanan selama saya menjabat sebagai presiden. Seperti ketika saya mencoba sate Padang yang pedas di tengah hujan di Sumatera Barat.”
Jokowi tertawa. “Ah, sate Padang! Itu salah satu favorit saya juga. Tapi, ketika saya berkunjung ke Bali, saya tidak bisa melewatkan nasi campur. Rasanya begitu lezat dan menggugah selera.”
“Mengingatkan saya pada saat saya berada di Aceh,” ujar Megawati sambil mengingat-ingat. “Saya tidak bisa melupakan rasa gurih gulai ikan di sana.”
Percakapan tentang makanan terus berlanjut, dengan setiap presiden berbagi pengalaman dan preferensinya masing-masing. Mereka bahkan mulai bertukar resep favorit dan tips untuk menemukan makanan terbaik di seluruh Indonesia.
Tiba-tiba, SBY menyadari sesuatu. “Eh, tapi kita lupa membicarakan bagaimana makanan ini berkaitan dengan ‘Nation and Character Building’ yang disebutkan oleh Ibu Megawati tadi.”
Semua tertawa. “Mungkin kita harus menulis buku baru, ‘Makanan Membangun Karakter Bangsa’,” kata Jokowi sambil berkelakar.
“Makanan memang bisa menjadi simbol persatuan dan keberagaman kita,” tambah Megawati dengan serius. “Setiap suku dan daerah memiliki makanan khasnya sendiri, namun semuanya menjadi bagian dari identitas kita sebagai bangsa Indonesia.”
Dengan semangat baru, para presiden melanjutkan diskusi mereka tentang makanan dan bagaimana hal tersebut memengaruhi pembangunan karakter bangsa. Mereka menyadari bahwa dalam keragaman makanan Indonesia, ada kesempatan untuk memperkuat persatuan dan memperkaya identitas nasional. Dan dari situlah, klub presiden tidak hanya menjadi tempat berdiskusi politik, tetapi juga tempat di mana ide-ide kreatif untuk kemajuan bangsa bisa bermunculan, bahkan dari topik paling tidak terduga sekalipun.