Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menghadapi tantangan dalam mewujudkan visinya untuk memindahkan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur. Meskipun infrastruktur fisik seperti gedung-gedung perkantoran megah dan modern sudah hampir rampung, serta Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah siap pindah, kenyataan pahit harus diterima: air dan listrik belum siap. Situasi ini mengungkap potret pemikiran Jokowi yang tampaknya kurang memahami makna fungsi dan prioritas dalam pembangunan.
Infrastrukur Megah Tanpa Esensi
Gedung-gedung perkantoran yang berdiri megah di IKN mungkin terlihat impresif dari luar. Namun, tanpa pasokan air dan listrik yang memadai, kemegahan tersebut menjadi tidak berarti. Bayangkan ASN yang sudah siap berkantor di IKN harus bekerja dalam kondisi tanpa air untuk kebutuhan dasar atau listrik untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Ini adalah gambaran nyata dari prioritas yang terbalik. Fungsi dasar yang seharusnya menjadi prioritas utama justru terabaikan.
Air dan Listrik: Fondasi Kehidupan
Air dan listrik adalah dua elemen fundamental yang mendukung kehidupan dan produktivitas. Tanpa air, aktivitas sehari-hari seperti minum, memasak, dan kebersihan tidak bisa dilakukan. Tanpa listrik, operasional perkantoran, komunikasi, dan teknologi akan lumpuh. Mengapa hal-hal mendasar ini tidak diutamakan sejak awal? Pertanyaan ini membawa kita pada refleksi lebih dalam mengenai perencanaan dan eksekusi proyek-proyek besar di negeri ini.
Prioritas yang Keliru
Proyek pemindahan ibu kota memang ambisius dan memerlukan banyak persiapan. Namun, seharusnya ada pemahaman mendalam mengenai apa yang menjadi prioritas utama. Infrastruktur fisik seperti gedung memang penting, tetapi lebih penting lagi memastikan bahwa kebutuhan dasar seperti air dan listrik sudah tersedia dan dapat diandalkan. Jika infrastruktur dasar ini tidak siap, semua investasi pada bangunan fisik menjadi sia-sia.
Potret Pemikiran Jokowi
Kegagalan berkantor di IKN bulan Juli menunjukkan bahwa Jokowi mungkin kurang memahami esensi dari fungsi dan prioritas. Sebuah proyek besar seperti pemindahan ibu kota memerlukan perencanaan yang matang dan eksekusi yang tepat. Memprioritaskan gedung-gedung megah tanpa memastikan bahwa kebutuhan dasar seperti air dan listrik tersedia adalah contoh nyata dari prioritas yang keliru.
Pelajaran yang Harus Dipetik
Dari situasi ini, ada beberapa pelajaran penting yang harus dipetik:
1. **Perencanaan yang Komprehensif:** Setiap proyek besar harus direncanakan secara komprehensif, dengan memperhatikan semua aspek, termasuk infrastruktur dasar.
2. **Prioritaskan Kebutuhan Dasar:** Sebelum membangun gedung-gedung megah, pastikan kebutuhan dasar seperti air dan listrik sudah tersedia.
3. **Evaluasi dan Pengawasan:** Proyek sebesar pemindahan ibu kota memerlukan evaluasi dan pengawasan yang ketat untuk memastikan semua aspek berjalan sesuai rencana.
4. **Transparansi dan Akuntabilitas:** Pemerintah harus transparan dalam menyampaikan progres dan tantangan yang dihadapi dalam proyek ini. Akuntabilitas adalah kunci untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Kesimpulan
Kegagalan Jokowi berkantor di IKN bulan Juli karena air dan listrik belum siap adalah potret nyata dari pemikiran yang kurang memahami makna fungsi dan prioritas. Infrastruktur megah tanpa dukungan kebutuhan dasar hanya akan menjadi monumen kesia-siaan. Semoga situasi ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah untuk lebih cermat dalam merencanakan dan mengeksekusi proyek-proyek besar ke depannya. Sebuah negara yang maju adalah negara yang memahami esensi dari setiap langkah yang diambil, memastikan bahwa setiap pembangunan didasarkan pada prioritas yang benar.