Di bawah langit yang tak pernah sama setiap harinya, kita berjalan di atas kehidupan yang penuh teka-teki. Dalam perjalanan ini, ada satu kata yang abadi dan menyentuh setiap sudut hati manusia: cinta. Sebuah kata sederhana namun penuh makna, sebuah misteri yang tak habis digali, dan sebuah kekuatan yang mampu mengubah dunia. Dalam cinta, terdapat esensi perlindungan—“love is protection.”
Seperti pohon besar yang menaungi tanah di bawahnya, cinta hadir untuk melindungi. Ia merengkuh yang lemah, menguatkan yang rapuh, dan menenangkan yang gelisah. “Amor vincit omnia,” cinta menaklukkan segalanya, bukan dengan kekuatan kasar, tetapi dengan kelembutan yang memeluk. Perlindungan yang diberikan cinta bukanlah tembok yang mengurung, melainkan naungan yang membebaskan.
Dalam kasih, ada keheningan yang berbicara. Seorang ibu yang mendekap anaknya dalam badai, seorang sahabat yang diam mendampingi di saat terluka, atau seorang kekasih yang menatap penuh pemahaman tanpa perlu kata-kata. Mereka semua menjadi bukti bahwa cinta sejati bukan tentang mendominasi atau mengendalikan, melainkan tentang hadir sebagai perisai dalam kesunyian dan keramaian.
Cinta dalam Bahasa Semesta
Kata ‘protection’ sendiri berasal dari bahasa Latin protegĕre, yang berarti melindungi dengan menempatkan sesuatu di depan. Di sini, cinta menjadi tameng—bukan untuk menyerang, tetapi untuk menjaga. Dalam bahasa Jepang, ada istilah “愛情” (aijō), yang berarti cinta penuh kehangatan. Kehangatan itu yang melindungi dari dinginnya dunia.
Seperti aliran sungai yang setia mengikuti kontur bumi, cinta mengalir tanpa pernah memaksa. “Caritas,” dalam tradisi Latin, bukan sekadar cinta, tetapi kasih yang memberikan. Kasih yang melindungi tanpa meminta balasan, seperti matahari yang setia bersinar meski kadang ditutupi awan.
Cinta Adalah Kekuatan Tanpa Kekerasan
Dalam Taoisme, terdapat ungkapan bijak: “Menyerbu tanpa bala tentara, menang tanpa merendahkan.” Inilah cinta dalam manifestasi tertingginya. Ia tidak menaklukkan dengan senjata, melainkan dengan keberanian untuk menjadi perlindungan. Ia hadir sebagai perwujudan harmoni antara kekuatan dan kelembutan, antara tindakan dan diam, antara memberi dan menerima.
Cinta adalah perlindungan yang tidak terlihat, seperti angin yang menopang burung di udara. Cinta adalah pagar yang tidak mengurung, seperti akar pohon yang memberi kehidupan pada setiap cabang. Cinta adalah tameng yang tak berbentuk, namun keberadaannya dirasakan hingga ke relung jiwa terdalam.
Pelajaran dari Semesta
Ketika langit berubah warna dari biru menjadi jingga di senja hari, ia mengajarkan kita bahwa cinta adalah keabadian dalam perubahan. Perlindungan yang diberikan cinta tidak selalu terlihat nyata, namun kehadirannya dirasakan di setiap momen kecil kehidupan.
Dalam perjalanan cinta, kita belajar bahwa melindungi bukanlah menahan, melainkan membebaskan. Melindungi bukan berarti menjadi lebih kuat dari yang lain, tetapi menjadi kuat bersama. Melindungi adalah menjadi tempat berpulang ketika dunia terasa terlalu keras untuk dijalani.
Epilog: Cinta Sebagai Nafas Kehidupan
Di akhir hari, cinta adalah napas kehidupan itu sendiri. Ia ada dalam kata, dalam tindakan, dalam bisikan kecil yang menggetarkan hati. Love is protection, sebuah ungkapan yang mengingatkan kita bahwa cinta sejati adalah perlindungan yang tidak pernah usang, kehangatan yang tidak pernah padam, dan kekuatan yang tidak pernah melemah.
Maka, biarlah cinta menjadi cahaya di tengah kegelapan, menjadi perisai di tengah badai, dan menjadi kehidupan di tengah kehampaan. Sebab, dalam cinta, kita menemukan alasan untuk terus berjalan, melindungi, dan hidup sepenuhnya.