By Ali Syarief
Secara fisik kesehatan jasmani dan rohani, Presiden SBY ini terlihat masih sehat. Tentu saja kita, bersyukur kalau beliau masih bias dipanjangkan usianya, karena ia masih diperlukan kontribusi pemikirannya, untuk kesehatan berbangsa dan bernegara. Tetapi, belakangan, beliau dirasakan banyak blunder, menghadapi persoalan-persoalan dinamika politik, yang tak jelas arah dan tujuannya. Sejatinya beliau itu, menjadi perekat dan pemersatu bangsa, karena lautan ilmu dan pengalamannya. Ia malah kecemplung berenang menjadi actor pelakunya. Sehingga ia menjadi bagian yang disalahkan oleh kubu yangdiametral menentangnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, atau yang lebih dikenal sebagai SBY, telah lama menjadi figur yang diperhitungkan dalam dunia politik Indonesia. Namun, belakangan ini, popularitasnya mulai tercoreng karena fokusnya yang terlalu besar pada mengembangkan karier politik kedua anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Kedua anaknya ini, dengan cepatnya, diangkat ke posisi-posisi penting dalam Partai Demokrat yang didirikannya, menimbulkan keraguan akan integritas partai tersebut.
Partai Demokrat, yang semestinya menjadi kendaraan politik untuk mewakili aspirasi rakyat, seolah-olah telah dijadikan sebagai alat untuk mendukung ambisi politik pribadi keluarga SBY. Hal ini mengarah pada pertanyaan tentang apakah SBY masih memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai seorang negarawan yang harus memprioritaskan kepentingan bangsa di atas kepentingan keluarga.
Dampak dari keputusan SBY ini tidak hanya terasa di dalam lingkaran politik, tetapi juga di masyarakat secara luas. Banyak yang menilai bahwa perhatian yang terlalu besar pada urusan keluarga telah mengganggu konsentrasi SBY dalam menghadapi tantangan-tantangan besar yang dihadapi oleh negara.
Sebagai seorang negarawan yang dihormati, SBY seharusnya dapat melihat bahwa tindakan-tindakan tersebut menimbulkan konflik kepentingan yang tidak sehat. Meskipun sebagai seorang ayah, wajar saja jika SBY ingin membantu anak-anaknya dalam meraih kesuksesan, namun sebagai seorang pemimpin negara, tanggung jawabnya terhadap kepentingan publik seharusnya menjadi prioritas utama.
Oleh karena itu, saran untuk SBY adalah untuk mencari pendamping hidup yang dapat membantunya dalam menjalani kehidupan pribadi yang seimbang dengan tanggung jawabnya sebagai seorang negarawan. Dengan adanya pendamping hidup yang dapat memberikan dukungan dan pemahaman, diharapkan SBY dapat lebih fokus pada tugas-tugasnya sebagai seorang pemimpin negara tanpa terganggu oleh urusan politik keluarga.
Lebih dari itu, SBY juga perlu untuk merefleksikan kembali nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang selama ini menjadi landasan dari karir politiknya. Mengingat warisan yang ingin ditinggalkan sebagai seorang negarawan yang bertanggung jawab dan bermartabat, SBY harus memastikan bahwa tindakannya tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri atau keluarganya, tetapi juga masyarakat dan negara Indonesia secara keseluruhan.
Dalam situasi politik yang semakin kompleks dan dinamis seperti sekarang ini, dibutuhkan pemimpin yang memiliki visi yang jelas, integritas yang kuat, dan komitmen yang teguh untuk memimpin bangsa menuju arah yang lebih baik. Semoga SBY dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk membawa dirinya kembali ke jalur yang benar dan memperbaiki citra serta kontribusinya terhadap pembangunan Indonesia.