Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
  • News
    • Fusilat News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor
No Result
View All Result
Munira News
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Education

Secangkir Ilmu Paham

munira by munira
July 27, 2024
in Education, Opinion
0
Share on FacebookShare on Twitter

Tingkat terbawah dalam ilmu itu adalah “paham.” Ini adalah wilayah kejernihan logika berpikir dan kerendahan hati. Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya. Seorang yang paham selalu mencari kebenaran dan terbuka terhadap segala informasi yang bisa memperkaya wawasannya. Kerendahan hati adalah kunci yang membuat mereka terus berkembang dan menjadi lebih bijaksana.

Tingkat kedua terbawah adalah “kurang paham.” Orang yang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham. Dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul-simpul pemahaman yang benar. Sikap ini menunjukkan bahwa dia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kesediaan untuk belajar dari siapa saja dan kapan saja. Dalam perjalanan belajar ini, dia mungkin akan menemui banyak rintangan, tetapi semangatnya untuk mengetahui lebih banyak tidak pernah pudar.

Naik setingkat lagi adalah mereka yang “salah paham.” Salah paham biasanya terjadi karena emosi dikedepankan, sehingga dia tidak sempat berpikir jernih. Ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalahpahamannya. Jika tidak, mereka akan naik ke tingkat tertinggi dari ilmu, yaitu “gagal paham.” Salah paham ini menunjukkan pentingnya pengendalian emosi dalam proses belajar. Tanpa kemampuan untuk mengendalikan emosi, seseorang bisa dengan mudah tersesat dalam pemahaman yang salah.

Tingkat tertinggi dari ilmu itu adalah “gagal paham.” Gagal paham ini biasanya lebih karena kesombongan. Karena merasa berilmu, dia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain. Tidak mau lagi menerima masukan dari siapapun (baik itu nasihat atau kritik), atau memilih hanya mau menerima ilmu dari orang yang dia suka saja. Mereka bukan melihat apa yang disampaikan, tetapi siapa yang menyampaikan. Ini adalah bentuk keangkuhan yang menutup pintu untuk mendapatkan pengetahuan baru.

Hati dan pikirannya tertutup, logikanya juga tertutup. Dia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri. Parahnya lagi, dia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu menjadi bahan tertawaan orang yang paham. Dia tetap dengan dirinya, dan dia bangga dengan ke-gagalpaham-annya.

Orang semakin paham akan semakin membumi, menunduk, merendah. Dia menjadi bijaksana karena akhirnya dia tahu bahwa sebenarnya banyak sekali ilmu yang belum dia ketahui. Dia merasa seakan-akan dia tidak tahu apa-apa. Dia terus mau menerima ilmu, dari mana pun ilmu itu datang. Dia tidak melihat siapa yang bicara, tetapi dia melihat apa yang disampaikan.

Ilmu itu seperti air, dan air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah. Semakin dia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu kepadanya. Sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat tinggi. Dia seperti balon gas yang berada di atas awan. Dia terbang tinggi dengan kesombongannya, memandang rendah keilmuan lain yang tak sepaham dengannya, dan merasa bahwa dia adalah kebenaran.

Masalahnya, dia tidak mempunyai pijakan yang kuat sehingga mudah ditiup angin, tanpa mampu menolak. Sering berubah arah tanpa kejelasan yang pasti. Akhirnya dia terbawa kemana-mana sampai terlupa jalan pulang. Dia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan dibinasakan oleh kesombongannya. Dia akan mengakui ke-gagalpaham-annya dengan penyesalan yang amat sangat dalam.

Yang perlu diingat, akal akan berfungsi dengan benar ketika hatimu merendah. Ketika hatimu meninggi, maka ilmu juga yang akan membutakan si pemilik akal. Lidah orang bijaksana berada di dalam hatinya, dan tidak pernah melukai hati siapapun yang mendengarnya. Tetapi hati orang dungu berada di belakang lidahnya, selalu hanya ingin perkataannya saja yang paling benar dan harus didengar.

Ilmu itu open-ending. Makin digali makin terasa dangkal. Jadi, kalau ada orang yang merasa sudah tahu segalanya, berarti dia tidak tahu apa-apa. Semoga bermanfaat.

Share this:

  • Facebook
  • X
ADVERTISEMENT
Previous Post

Pelajaran Filosofis Dari Kisah “Pohon dan Angin”

Next Post

Keluhuran Orang yang Berilmu dalam Pandangan Islam: Sebuah Renungan Filosofis

munira

munira

Related Posts

Berpisah dari Tuhan: Generasi Baru, Keyakinan Baru

Berpisah dari Tuhan: Generasi Baru, Keyakinan Baru

by munira
May 17, 2025
0

Di banyak negara, tempat ibadah tak lagi sesak oleh suara-suara muda. Barisan bangku kosong di gereja, kuil, atau vihara menjadi...

Saat Senja Menyapa: Nasehat untuk Usia Senja

Cinta yang Tak Masuk Kitab Fikih

by munira
May 17, 2025
0

Apakah Rasulullah Saw. ketika menikah dengan Siti Khadijah menggunakan rukun nikah seperti yang kita kenal hari ini? Tentu saja. Tapi...

Ketika Kecerdasan Berbunga: Antara Kewajiban, Kenikmatan, dan Kejernihan Jiwa

by munira
May 5, 2025
0

Sebagian besar manusia hidup dalam pola yang membelenggu. Mereka terperangkap dalam keharusan, dalam tugas, dalam rutinitas yang tidak dipilih, tidak...

Jeruk, Estetika, dan Mentalitas Bangsa

Jeruk, Estetika, dan Mentalitas Bangsa

by munira
May 3, 2025
0

"Ini walau kulitnya seperti ini, isinya manis, enak, Bu," kata seorang pedagang jeruk di pasar tradisional Indonesia. Kalimat itu sederhana,...

Next Post
Keluhuran Orang yang Berilmu dalam Pandangan Islam: Sebuah Renungan Filosofis

Keluhuran Orang yang Berilmu dalam Pandangan Islam: Sebuah Renungan Filosofis

Sudah Menjadi Rumus Jawaban Mesin "Kalau Jokowi Ingin Meneruskan Kekuasaannya"

Please login to join discussion

Trending News

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

JOKOWI DAPAT DIHUKUM MATI

August 24, 2024
Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

Analisis Kemungkinan yang Terjadi pada Prabowo Subianto, Presiden Terpilih, dalam Konteks Hubungan dengan Jokowi

July 6, 2024
Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

Usia 70 Tahun Bukan Lanjut Usia – “Orang yang Beruntung”

June 30, 2024

Munira News

Munira
Cakrawala Dunia

Menu

  • About Us
  • ad
  • Home

Categories

  • Arts
  • Business
  • Crime
  • Cross Cultural
  • Destination
  • Education
  • Ekonomi
  • Environment
  • Fashion
  • Figure
  • Fiksi
  • Global
  • Health
  • Japan
  • Justice
  • News
  • Opinion
  • Politic
  • Science
  • Sponsor
  • Spritual
  • Technology
  • Uncategorized

Tags

Flap Barrier Swing Barrier

Recent Posts

  • Berpisah dari Tuhan: Generasi Baru, Keyakinan Baru
  • Cinta yang Tak Masuk Kitab Fikih
  • News
  • Politic
  • Opinion
  • Cross Cultural
  • Education
  • Fashion
  • Health
  • Destination
  • Global
  • Sponsor

© 2023 Munira

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Cross Cultural
  • Opinion
  • Politic
  • Global
  • Sponsor
  • Education
  • Fashion

© 2023 Munira