By Ahmad Ahdiat
Dalam suasana politik dan kepemimpinan di Indonesia, pernyataan kontroversial Prabowo Subianto, tempo hari, “etik endasmu”, menjadi sorotan tajam di tengah publik. Pernyataan tersebut menyoroti ketidaktahuan atau bahkan penolakan Prabowo terhadap pentingnya etika dalam konteks hukum dan kepemimpinan. Faktanya yang menjadi ironis saat ini, banyak pelanggaran hukum dan penyalahgunaan kekuasaan dilatarbelakangi oleh pengabaian terhadap nilai-nilai etika tersebut.
Prabowo Subianto, sebagai tokoh politik yang berpengaruh, seharusnya menjadi contoh dalam menerapkan etika baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam perannya sebagai pemimpin. Sinyalemen pernyataan “etik endasmu” menunjukkan rendahnya kesadaran atau bahkan penolakan terhadap pentingnya etika sebagai landasan moral dalam bersikap dan bertindak.
Dalam konteks hukum, etika memiliki peran yang sangat penting. Etika hukum melibatkan prinsip-prinsip moral dan keadilan yang harus menjadi panduan dalam pembuatan dan penegakan hukum. Namun, dengan mengabaikan etika, terutama dalam konteks kepemimpinan politik, risiko pelanggaran hukum dan penyalahgunaan kekuasaan menjadi lebih tinggi.
Salah satu contoh nyata adalah terjadinya berbagai penyimpangan dalam proses pemilu dan pilpres. Ketika nilai-nilai etika diabaikan, praktik-praktik curang dan manipulasi dalam pemilu menjadi lebih mudah dilakukan. Hal ini dapat merusak integritas demokrasi dan kepercayaan publik terhadap sistem politik.
Tidak hanya dalam pemilu, tapi juga dalam kasus korupsi, pengabaian terhadap etika menjadi salah satu penyebab utama. Kepemimpinan yang tidak berintegritas dan tidak menghormati prinsip-prinsip etika cenderung memungkinkan terjadinya tindakan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan demi keuntungan pribadi atau golongan tertentu.
Potret terkini yang menjadi sorotan adalah terkait dengan keluarga Jokowi, Presiden saat ini. Meskipun bukan secara langsung terkait dengan Prabowo, namun keterlibatan keluarga presiden dalam dugaan pelanggaran hukum menunjukkan betapa pentingnya peran etika dalam kepemimpinan dan penegakan hukum.
Dalam konteks ini, pernyataan Prabowo tentang “etik endasmu” menimbulkan pertanyaan tentang kesadaran dan pemahaman akan pentingnya etika dalam menjalankan fungsi politik dan kepemimpinan. Sebagai seorang pemimpin yang berpotensi memimpin bangsa, Prabowo seharusnya memperhatikan dan memperkuat landasan etika dalam setiap tindakannya.
Untuk itu, diperlukan upaya yang lebih besar dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya etika dalam konteks hukum dan kepemimpinan. Pendidikan moral dan etika harus diperkuat, baik di kalangan pemimpin politik maupun masyarakat umum, agar tercipta lingkungan yang lebih bermoral dan berintegritas dalam menjalankan tugas-tugas publik.
Dengan demikian, Prabowo dan para pemimpin politik lainnya diharapkan dapat lebih memahami arti sebenarnya dari etika dalam konteks hukum dan kepemimpinan, sehingga dapat menjalankan tugas-tugas mereka dengan integritas dan tanggung jawab yang lebih besar demi kepentingan bersama dan kesejahteraan bangsa.